Mohon tunggu...
Dave Marcellino Sancia
Dave Marcellino Sancia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Medan

Sedang menempuh Program Studi Pendidikan Matematika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Pendapat Siswa SMA Terkait Matematika dan Logika dalam Kehidupan Sehari-hari

8 Oktober 2024   12:32 Diperbarui: 8 Oktober 2024   12:42 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kata Pengantar

Dalam era modern ini, matematika dan logika berpikir menjadi dua aspek penting yang tidak hanya berperan dalam dunia akademis tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Matematika sering kali dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit oleh banyak siswa, terutama di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, pemahaman yang baik tentang matematika dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis dan analitis seseorang.

Kami juga akan membahas tantangan yang dihadapi siswa dalam mempelajari matematika dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi cara mereka menerapkan logika berpikir dalam situasi nyata. Dengan demikian, makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang persepsi siswa terhadap matematika dan logika berpikir serta relevansinya dalam kehidupan mereka.

Pembahasan

Definisi Matematika

Matematika adalah bidang yang mempelajari logika, struktur, kuantitas, dan perubahan. Matematika adalah bidang yang menyelidiki pola, hubungan, dan konsep-konsep yang terkait dengan angka dan bentuk. "Matematika" berasal dari bahasa Yunani kuno "mathematike", yang berarti "ilmu pengetahuan" atau "yang dipelajari." Dalam bahasa modern, matematika mencakup berbagai cabang, termasuk aritmetika, aljabar, geometri, analisis, dan teori himpunan.

 
Perkembangan matematika dapat digambarkan sebagai serangkaian konsep yang terus berkembang. Manusia telah menggunakan matematika untuk menghitung dan mengukur waktu sejak zaman prasejarah. Penggunaan sistem bilangan pertama kali tercatat di Mesopotamia dan Mesir Kuno sekitar tahun 2000 SM. Namun, antara tahun 600 dan 300 SM, matematika secara sistematis dipelajari dengan karya matematikawan seperti Euklides.

 
Dalam matematika, metode deduktif yang ketat digunakan untuk menentukan kebenaran dari aksioma, atau prinsip dasar, melalui pembuktian logis. Proses ini melibatkan pembuatan hipotesis atau konjektur, yang kemudian diuji dengan argumen matematis.
Aplikasi Matematika: Matematika digunakan dalam banyak bidang, seperti lam sains, teknik, kesehatan, ekonomi, dan lain-lain.
Matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena membantu orang dalam pengambilan keputusan berbasis data dan memecahkan masalah kompleks.

 
Definisi Logika 
Logika adalah bidang yang menyelidiki logika yang benar dan sah. Logika digunakan untuk menganalisis argumen dalam hal ini, yaitu hubungan antara premis (pernyataan pendukung) dan kesimpulan. Logika terbagi menjadi dua kelompok utama: logika formal dan informal.

 
Kategori pertama menangani logika yang diterapkan dalam bahasa formal. Kategori kedua menangani logika yang diterapkan dalam bahasa sehari-hari. Logika membantu orang mencapai kesimpulan yang logis berdasarkan premis yang ada selama proses penalaran. Oleh karena itu, logika sangat penting tidak hanya dalam bidang filsafat, tetapi juga dalam matematika, linguistik, dan banyak bidang ilmu lainnya. Logika telah berkembang sejak zaman Yunani kuno, dengan Aristoteles dan orang lain yang memperkenalkan silogisme sebagai teknik penalaran deduktif. 

 
Selain itu, logika mencakup dua jenis penalaran: induktif dan deduktif. Penalaran induktif menarik kesimpulan umum dari fakta khusus, sedangkan penalaran deduktif menarik kesimpulan spesifik dari premis umum.

 
Analisis Pendapat Siswa tentang Matematika dan Logika

 Pendapat berasal dari 34 orang siswa SMA yang ditanyakan melalui platform Google Form. Terdapat 8 pertanyaan yang ditanyakan dengan 5 di antaranya pertanyaan pilihan (setuju/tidak setuju) dan 3 pertanyaan yang dijawab berdasarkan pendapat pribadi.

 
Pertanyaan 1 :
Seberapa sering kamu merasa matematika digunakan dalam kehidupan sehari-hari?

 
Dari hasil penelitian, ada opsi yang beberapa telah disediakan, yaitu 'Sangat Sering' dengan persentase 52,9%, 'Sering' dengan persentase 38,2%, 'Jarang' dengan persentase 8,8%, dan 'Tidak Pernah'dengan 0% persentase. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa para siswa menyadari bahwa matematika digunakan dalam kehidupan sehari hari.

 
Pada sudut pandang beberapa siswa matematika hanyalah sebuah ilmu yang mengajarkan hal hal yang bersangkutan dengan hitung menghitung belaka. Mereka hanya melihat penggunaan matematika di sekitar mereka yang merupakan hal hal dasar dari matematika yang seperti penjumlahan-pengurangan dan perkalian-pembagian. Biasanya orang tersebut hanya menggunakan matematika dalam hal yang berhubungan dengan transaksi dalam jual-beli dan manajemen keuangan.

 
Pada jenjang Sekolah Dasar, matematika hanya membahas tentang operasi matematika sederhana seperti penjumlahan-pengurangan, perkalian-pembagian, dan lain-lain. Namun, matematika sebenarnya adalah ilmu yang bersifat abstrak dan hal tersebut belum mencapai inti dari matematika. Pada jenjang ini, siswa umumnya dapat memahami matematika dan menjadi pelajaran favorit mereka karena matematika di tahap ini menjadi hal yang unik dan menarik. Hal yang dipelajari juga berkaitan erat dengan kehidupan sehari hari.

 
Namun di tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, peminat pelajaran matematika menurun karena matematika sudah mencapai tingkat yang lebih tinggi. Banyak yang menganggap bahwa penggunaan variablel seperti 'x' dan 'y' dalam fungsi membuat mereka bingung. Ditambah lagi hal tersebut besifat abstrak dan sulit diaplikasikan dalam kehidupan. Siswa yang masih menyukainya hanya sebagian dari peminatnya yang ingin memperdalam pengetahuannya. Sementara siswa lainnya yang merupakan peminat akan menyukai pelajaran lain yang merupakan pengaplikasian dari matematika itu sendiri.

 
Pada matematika di tingkat keabstrakan yang tinggi, inti dari matematika adalah memecahkan suatu permasalahan dengan berbagai cara tanpa mengubah persoalan tersebut. Hal ini yang menjadi dasar dalam perkembangan kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir inilah yang menjadi dasar dalam memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari hari. Namun hal ini tidak banyak disadari oleh banyak siswa, bahkan yang menyukai matematika itu sendiri.

 
Dapat disimpulkan, bagi sebagian siswa matematika sangat sering digunakan dalam kehidupan sehari hari, mereka menganggap bahwa matematika dapat diaplikasikan melalui bidang-bidang tertentu. Sedangkan sebagian lagi hanya menganggap matematika hanya digunakan dalam transaksi uang. Adapula sedikit siswa yang berpendapat matematika jarang digunakan, mereka menganggap bahwa matematika sulit diaplikasikan karena sifatnya yang terlalu abstrak dan kurang berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.

 
Pertanyaan 2 : 
Apa pendapatmu tentang mata pelajaran matematika di sekolah?

 
26,5% menjawab bahwa pelajaran di kelas mereka sangat menarik, 58,8% menjawab bahwa pelajaran di kelas mereka menarik, dan 14,7% menjawab membosankan. Faktor-faktor yang dapat membedakan adalah: (1) Seberapa asyik guru untuk mengajar, (2) seberapa paham mereka selama guru menjelaskan, (3) seberapa nyaman lingkungan untuk belajar, (4) seberapa positif dukungan dari lingkungan kelas (saling membantu jika ada yang tidak paham ataupun bisa jadi saling menjelaskan satu sama lain jika ada materi yang kurang dimengerti).

 
Perbedaan kondisi inilah yang dapat membuat siapa pun dapat merasakan bahwa matematika itu menarik ataupun membosankan. Tidak dapat disalahkan juga, namun kualitas dan dualitas guru yang mengajar juga pasti menjadi bahan pertimbangan bagi mereka. Entah guru yang seru dan mudah dimengerti saat menjelaskan, atau bisa jadi guru yang hanya masuk hanya demi ulangan ataupun menjelaskan dengan terlalu cepat sehingga murid-murid tidak paham akan materi yang dijelaskan. Biasanya kecenderungan guru yang tidak mau dikoreksi oleh muridnya juga membawa pengaruh pernyataan bahwa mata pelajaran yang diajarkannya menjadi tidak menyenangkan atau menarik karena mereka tidak paham apa yang dijelaskan.

 
Selain kualitas dan dualitas dari guru, keadaan lingkungan juga dapat memengaruhi seorang murid. Entah itu lingkungan kelas yang kotor ataupun situasi kelas yang berisik, semua hal sekecil apa pun dapat mengganggu seseorang untuk menerima pembelajaran yang di depan kelas. Keadaan kelas yang ambisius dalam menerima pelajaran akan membuat seorang murid menjadi lebih antusias dalam belajar, sebab murid akan merasa bahwa ia tidak boleh tertinggal dari teman-temannya.

 
Mereka yang menganggap bahwa pelajaran matematika menarik biasanya cenderung karena mereka paham dengan materi yang diajarkan, juga mereka yang merasa tertantang bahwa persoalan matematika sesulit apa pun dapat dipecahkan dengan berbagai solusi dan tidak akan dapat terselesaikan bila tidak berusaha untuk menyelesaikannya. Hal itu membuat pemikiran murid menjadi terbentuk: "Matematika mengajarkan bahwa tidak ada masalah di dunia ini tanpa solusi."

 
Bisa jadi juga seorang murid merasa bahwa pelajaran matematika membosankan karena merasa tidak berguna untuk memelajarinya, padahal matematika akan selalu diperlukan sampai kapan pun demi melatih pikiran dan dalam kehidupan sosial. Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam cita-citanya akan selalu ada matematika sebagai dasar dan tidak akan pernah dilupakan.

 
Murid-murid yang merasa pembelajaran di kelas dalam kategori menarik ataupun sangat menarik, itu mencerminkan bahwa guru yang mengajarkan itu ke mereka sudah berhasil membawa murid-murid itu untuk tenggelam dalam ruang matematika yang nyaman bagi mereka. Mereka yang paham dengan matematika akan merasa bahwa semua hal di luar sana menjadi lebih mudah, berbeda dengan mereka yang menganggap remeh matematika hanya sebatas 'kalkulator'.

 
Sebab, matematika tidak hanya tentang kalkulator, tapi juga mengenai bagaimana konsep matematika hadir untuk menyelesaikan sebuah permasalahan secara logika. Jika matematika hanya sebatas 'kalkulator', maka seseorang tidak perlu repot-repot untuk mendalami matematika hingga ke akar-akarnya. Matematika hadir sebagai pilar yang akan mengokohkan pemikiran seseorang, juga akan membentuk pemikiran yang lebih rasional dan masuk akal.

 
Oleh sebab itu, ketidakmampuan seorang guru untuk membuat muridnya suka ataupun tertarik dengan matematika adalah suatu kegagalan. Seharusnya guru lebih mampu untuk mengekpresikan matematika dengan lebih baik, sehingga tidak ada pemikiran seperti: "Matematika membosankan," "Matematika hitung hal nggak berguna," ataupun "Untuk apa sih hitung begini?"

 
Harusnya seorang guru dapat menanamkan rasa ingin tahu ke dalam pemikiran seetiap murid, sehingga mereka tidak akan pernah puas dengan apa yang mereka dapatkan. Mereka akan terus ingin tahu, ingin memecahkan soal yang lebih sulit lagi, ataupun mereka yang semakin penasaran dengan konsep matematika lebih dalam. Rasa yang terus terpupuk itu akan membuat seorang murid tidak menganggap remeh pelajaran matematika yang katanya 'membosankan'.

 
Pertanyaan 3 : 
Apakah menurutmu pelajaran matematika itu sulit?

 
11,8% menjawab sangat sulit, 64,7% menjawab sulit, 14,7% menjawab tidak sulit, dan 8,8% menjawab sangat tidak sulit. Faktor-faktor yang dapat membedakan adalah: (1) Seberapa profesional sang guru dalam menjelaskan materi, (2) kepahaman mereka dalam mencerna penjelasan, dan (3) seberapa besar rasa ingin belajar mereka.

 
Dari beberapa responden, banyak yang mengharapkan ataupun sebenarnya ingin bisa dalam pembelajaran, tapi dikarenakan guru yang memberikan pengajaran tidak dapat menarik perhatian minat siswa dan sulit untuk dimengerti, murid jadi cenderung enggan untuk menerima ilmu yang diberikan. Juga sepertinya banyak yang lebih menginginkan pendekatan secara langsung dengan siswa, mungkin dengan tanya-jawab, menjawab soal-soal bersama di depan kelas, ataupun banyak hal lainnya yang dapat membangun persaingan dan keambisiusan para peserta didik.

 
Tidak ada guru yang tidak pintar, tetapi masih banyak guru yang tidak lihai dalam hal menjelaskan. Justru terkadang membawa murid-murid dengan pemahaman yang sudah paham menjadi tidak paham karena penjelasan sang guru menjadi sulit dicerna. Juga ada guru-guru yang menganggap remeh seorang murid karena ia tidak pandai ketika disuruh menjawab soal, sang guru yang seharusnya membimbing justru mempermalukan sang murid di depan kelas; hal-hal tersebut dapat merusak kesehatan mental dan mematikan rasa percaya diri di dalam diri sang murid tersebut.

 
Membawa matematika dalam suatu hal yang mudah dimengerti adalah hal yang diidamkan oleh semua murid. Mereka cukup repot dalam memahami hal-hal rumit sehingga mereka lebih suka dengan penjelasan simpel yang masuk akal, tentu sebagian lagi akan merasa ketika dijelaskan akan paham, namun saat mengerjakan soal menjadi bingung karena tipe soalnya berbeda.

 
Tentu hal itu terjadi karena sang guru ingin murid-muridnya memiliki kemampuan problem solving yang baik, dengan mengacak-acak rumus ataupun memberikan satu-dua hal pengecoh agar murid bingung. Jika ia adalah murid yang mudah menyerah, maka ia akan langsung meninggalkan soal itu dan beralih pada soal yang lebih mudah. Tetapi, jika murid tersebut merasa tertantang, ia akan tenggelam dalam pikirannya sendiri dan mulai mencoba-coba segala kemungkinan yang hadir di dalam benaknya. Walau jawabannya belum tentu benar ataupun sang murid yang tidak puas, ia akan bertanya kepada teman-temannya tentang soal itu ataupun bergerak untuk bertanya pada sang guru.

 
Murid dengan kemampuan berpikir begitulah yang diidam-idamkan oleh para guru. Tetapi, tipe tersebutlah yang sulit untuk didapatkan. Karena murid-murid yang sudah berusaha untuk paham justru dipatahkan dengan ekspetasi bahwa ia akan paham melalui penjelasan dari guru ataupun dipatahkan karena direndahkan dengan kalimat, "Soal semudah itu saja kamu tidak bisa."
Oleh karena itu, yang harus dibenahi pertama kali adalah para guru. Mereka seharusnya dilatih kembali untuk lebih lihai dalam public speaking dan juga lebih paham dalam konsep yang lebih mudah untuk dipahami para murid. Murid akan lebih memperhatikan jika menurutnya itu mudah, oleh karena itu, pemahaman kalau 'matematika itu sulit' harus dihapuskan. Guru harus membangun suasana kelas yang menyenangkan dengan penjelasan yang menarik, entah menggunakan bahan pengajaran yang asyik ataupun melalui reward-reward kala ada murid yang sudah berani untuk mencoba.

 
Walaupun memang ada sebagian yang tidak peduli, tetapi masih banyak murid yang mendengarkan guru menjelaskan. Oleh karena itu, bibit-bibit unggul seperti itu tidak boleh dipatahkan oleh seorang guru yang tidak lihai dalam menjelaskan dan mematikan rasa keingintahuan murid. Mereka adalah masa depan Indonesia yang harus dididik dengan baik demi memajukan kesejahteraan bangsa.
Keprofesionalitasan guru untuk mengajar juga akan memengaruhi murid yang diajarkannya. Jika sang guru merasa cinta dengan hal yang ia ajar dan mencintai pekerjannya, maka ia akan dengan mudah menyalurkan ilmu-ilmu yang ia miliki kepada anak muridnya. Ilmu yang dimiliki oleh seorang guru akan turun kepada anak didiknya, oleh karena itu gurulah yang berperan penting dalam perkembangan anak ke depannya. Jika seorang guru salah, maka satu generasi yang ia ajarkan akan terus salah.

 
Pertanyaan 4 : 
Apakah kamu merasa bawa kemampuan logika berpikirmu meningkat setelah belajar matematika ?

 
Dari 34 siswa 35,29% siswa (12 orang) menjawab sangat setuju, 61,76% (21 orang) menjawab setuju, dan 2,94% siswa (1 orang) menjawab tidak setuju. Ada beberapa factor yang mempengaruhi jawaban mereka, yaitu pengalaman belajar matematika, metode pengajaran, motivasi dan minat terhadap matematika, dan persepsi diri dan kepercayaan diri.

 
Pengalaman individu dalam belajar matematika sangat berpengaruh terhadap persepsi mereka tentang kemampuan logika berpikir. Siswa yang memiliki pengalaman positif, seperti mendapatkan nilai baik atau memahami konsep dengan mudah, cenderung merasa bahwa belajar matematika telah meningkatkan kemampuan logika mereka. Sebaliknya, siswa yang mengalami kesulitan atau frustrasi mungkin tidak merasakan dampak positif tersebut.

 
Sangat Setuju (12 Siswa): Siswa yang memilih sangat setuju kemungkinan besar memiliki pengalaman positif dalam belajar matematika. Mereka mungkin merasa bahwa metode pengajaran yang digunakan oleh guru efektif, atau mereka berhasil memahami konsep-konsep matematika dengan baik. Pengalaman ini dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka dan membuat mereka yakin bahwa kemampuan logika berpikir mereka telah meningkat.

 
Setuju (21 Siswa): Siswa yang memilih setuju juga merasakan dampak positif dari pembelajaran matematika, tetapi mungkin tidak sekuat siswa yang sangat setuju. Mereka bisa jadi merasa ada peningkatan, tetapi tidak merasakannya secara signifikan atau mungkin mengalami beberapa tantangan dalam proses belajar. 

 
Metode pengajaran yang digunakan oleh guru juga berperan penting. Pendekatan yang interaktif dan aplikatif dapat membantu siswa melihat hubungan antara matematika dan logika berpikir. Jika pengajaran lebih bersifat teoritis tanpa aplikasi praktis, siswa mungkin tidak menyadari bagaimana matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis mereka.
Minat dan motivasi siswa terhadap mata pelajaran matematika mempengaruhi cara mereka menerima materi pelajaran. Siswa yang tertarik pada matematika cenderung lebih terbuka untuk mengaitkan pembelajaran dengan peningkatan kemampuan berpikir logis dibandingkan dengan mereka yang kurang berminat.
Persepsi diri siswa tentang kemampuan akademik mereka juga memainkan peranan penting. Siswa yang percaya diri dalam kemampuan matematikanya mungkin lebih cenderung untuk merasa bahwa mereka telah berkembang dalam hal logika berpikir setelah belajar.

 
Analisis faktor kemungkinan jawaban dari para siswa :
* Sangat Setuju (12 Siswa): Mungkin berasal dari kelompok siswa yang aktif berpartisipasi dalam kelas, memiliki pengalaman belajar positif, serta mendapatkan dukungan baik dari guru maupun teman.
* Setuju (21 Siswa): Kelompok ini mungkin mencakup siswa dengan pengalaman campuran; mereka merasakan peningkatan tetapi tidak sekuat kelompok pertama.
* Tidak Setuju (1 Siswa): Hanya satu siswa yang merasa tidak setuju, kemungkinan besar disebabkan oleh pengalaman negatif dalam belajar matematika, kesulitan memahami materi, atau ketidakpuasan terhadap metode pengajaran.

 
Pertanyaan 5 :
 
Sebutkan contoh situasi sehari-hari di mana kamu menggunakan matematika atau logika berpikir !

 
Jawaban :
Siswa 1 : Menghitung uang, menghitung jarak perjalanan beserta waktu tempuh dan jumlah bahan bakar, dan lain-lain.
Siswa 2 : Merumuskan masalah dan penyelesaiannya, seperti ketika terjebak.
Siswa 3 : Saat menghitung bahan belanjaan, saat mengerjakan tugas dengan pengukuran yang presisi, saat melihat jam analog maupun digital, dan lain-lain.
Siswa 4 : Saat membuat roti ada perbandingan ukuran tepung dengan pengembang, atau ketika belanja menghitung diskon.

 
Hasil Analisis :
Siswa 1 menyoroti aplikasi matematika dalam konteks sehari-hari yang sangat praktis, seperti menghitung uang, jarak perjalanan, waktu tempuh, dan bahan bakar. Ini menunjukkan bahwa mereka memahami pentingnya matematika dalam pengelolaan keuangan dan perencanaan perjalanan, yang memerlukan perhitungan kecepatan, jarak, dan konsumsi sumber daya. Logika berpikir juga tercermin di sini, terutama dalam menghubungkan variabel-variabel yang berbeda (jarak, waktu, bahan bakar) untuk mencapai tujuan tertentu (efisiensi dalam perjalanan). Responden menunjukkan bahwa matematika dan logika berpikir berperan penting dalam pengambilan keputusan sehari-hari yang praktis.

 
Siswa 2 menunjukkan bahwa logika berpikir sangat penting dalam merumuskan masalah dan mencari solusinya. Ini mengindikasikan bahwa mereka memahami bahwa berpikir logis adalah langkah awal untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, baik masalah sederhana maupun kompleks. Frasa "seperti ketika terjebak" menunjukkan bahwa responden merujuk pada situasi kehidupan nyata yang memerlukan strategi pemecahan masalah. Kemampuan untuk memecah masalah menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan terukur adalah keterampilan yang berakar pada matematika dan logika. Responden ini menekankan pentingnya logika berpikir dalam menghadapi masalah dan mencari solusi dengan cara yang sistematis dan terstruktur, sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupan sehari-hari.

 
Siswa 3 menunjukkan bahwa matematika diterapkan dalam kegiatan sehari-hari, seperti menghitung bahan belanjaan. Ini mencerminkan pemahaman akan pentingnya perhitungan dalam pengelolaan keuangan pribadi dan pemilihan barang yang tepat saat berbelanja. Dengan menyebutkan melihat jam analog dan digital, responden menunjukkan bahwa mereka memahami dan menghargai konsep waktu. Ini mencakup keterampilan dasar dalam membaca waktu, yang memerlukan pemahaman tentang angka dan hubungan antarangka. Responden menyadari bahwa aktivitas sehari-hari ini memerlukan pemikiran logis untuk mengelola waktu dan sumber daya secara efisien, serta mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai situasi.

 
Siswa 4 menunjukkan bahwa dalam kegiatan memasak, terutama saat membuat roti, terdapat kebutuhan untuk memahami perbandingan dan proporsi. Keterampilan ini adalah inti dari matematika, di mana responden perlu berpikir secara sistematis tentang bagaimana perubahan dalam jumlah bahan dapat mempengaruhi kualitas roti yang dihasilkan. Dalam konteks belanja, menghitung diskon mencerminkan kemampuan responden untuk mengaplikasikan persentase dan perhitungan sederhana untuk menentukan harga akhir setelah potongan harga, yang penting dalam pengambilan keputusan belanja. Ini menunjukkan bahwa responden tidak hanya melakukan perhitungan, tetapi juga berpikir kritis dalam membuat keputusan yang bijaksana saat berbelanja.

 
Kesimpulan :
Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh responden, jelas bahwa matematika dan logika berpikir memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa kesimpulan utama:
1. Matematika sebagai Alat Praktis : Responden memahami bahwa matematika diperlukan dalam aktivitas harian seperti menghitung uang, bahan belanjaan, jarak perjalanan, bahan bakar, dan diskon. Matematika membantu mengelola keuangan, mengukur bahan secara presisi, dan membuat keputusan yang efisien dalam berbagai situasi, seperti memasak atau perjalanan.
2. Logika Berpikir untuk Pemecahan Masalah : Responden juga menekankan pentingnya logika berpikir dalam merumuskan masalah dan mencari solusi, baik dalam konteks perencanaan waktu, memecahkan situasi sulit, maupun mengatur bahan untuk hasil yang optimal (misalnya, dalam memasak).
3. Sinergi Matematika dan Logika Berpikir : Dalam banyak kasus, matematika dan logika berpikir saling melengkapi. Penggunaan matematika sering kali memerlukan penerapan logika untuk memahami hubungan antar variabel, membuat keputusan berdasarkan perhitungan, serta merencanakan dan memecahkan masalah dengan tepat.

 
Secara keseluruhan, para responden mengakui bahwa baik matematika maupun logika berpikir tidak hanya sekedar keterampilan akademis yang berguna dalam aspek teknis, tetapi juga alat yang esensial dalam mendukung pengambilan keputusan yang bijaksana dan efisien dalam kehidupan sehari-hari, pengelolaan sumber daya, dan pemecahan masalah. Keduanya saling melengkapi dan berkontribusi pada kemampuan individu untuk berfungsi secara efektif dalam masyarakat.

 
Pertanyaan 6 : 
Menurutmu, apakah matematika berkontribusi pada kemampuanmu dalam memecahkan masalah?

 
Dari 34 siswa 38,23% siswa (13 orang) menjawab sangat setuju, 47,05% (16 orang) menjawab setuju, dan 14,7% siswa (5 orang) menjawab tidak setuju. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jawaban mereka, yaitu pengalaman pribadi dengan matematika, persepsi tentang matematika, metode pembelajaran, dan motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

 
Pengalaman individu siswa dengan pelajaran matematika sangat berpengaruh. Siswa yang memiliki pengalaman positif, seperti memahami konsep-konsep matematika dengan baik dan berhasil dalam ujian, cenderung memberikan jawaban "sangat setuju" atau "setuju". Sebaliknya, siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika atau merasa tidak percaya diri mungkin lebih cenderung memilih "tidak setuju".

 
Persepsi siswa terhadap mata pelajaran matematika juga memainkan peran penting. Jika mereka melihat matematika sebagai subjek yang relevan dan bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari atau karir masa depan mereka, maka mereka lebih mungkin untuk menganggap bahwa matematika berkontribusi pada kemampuan memecahkan masalah.

 
Metode pengajaran yang digunakan oleh guru dapat mempengaruhi pandangan siswa tentang matematika. Pendekatan pembelajaran yang interaktif dan aplikatif dapat meningkatkan minat siswa dan membantu mereka memahami bagaimana konsep-konsep matematis diterapkan dalam situasi nyata, sehingga mendorong mereka untuk setuju bahwa matematika membantu dalam pemecahan masalah.

Motivasi untuk belajar juga berperan penting. Siswa yang termotivasi secara intrinsik (misalnya, rasa ingin tahu) atau ekstrinsik (misalnya, mendapatkan nilai baik) akan lebih terbuka terhadap ide bahwa belajar matematika dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah.

 
Siswa yang memilih jawaban "sangat setuju" mungkin memiliki pengalaman positif yang kuat dengan pelajaran matematika. Mereka mungkin merasa bahwa pembelajaran matematika telah memberikan mereka alat dan strategi yang berguna dalam menghadapi berbagai tantangan. Misalnya, siswa ini mungkin telah belajar bagaimana menerapkan konsep-konsep matematis untuk memecahkan masalah sehari-hari, seperti menghitung anggaran atau menganalisis data. Selain itu, mereka mungkin juga merasakan bahwa kemampuan berpikir logis yang diperoleh dari belajar matematika membantu mereka dalam membuat keputusan yang lebih baik dan lebih terstruktur dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman sukses di kelas, seperti mendapatkan nilai tinggi atau pujian dari guru, juga dapat memperkuat keyakinan mereka bahwa matematika berkontribusi secara signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah.

 
Siswa yang memilih jawaban "setuju" mungkin mengakui bahwa meskipun mereka tidak selalu merasa nyaman dengan matematika, mereka tetap melihat nilai dalam pembelajaran tersebut. Mereka mungkin menyadari bahwa banyak aspek pemecahan masalah melibatkan keterampilan analitis dan logis yang diajarkan melalui mata pelajaran matematika. Meskipun tidak semua siswa merasa bahwa mereka ahli dalam matematika, mereka bisa jadi memahami pentingnya dasar-dasar matematis dalam konteks tertentu, seperti sains atau teknologi. Selain itu, siswa ini mungkin memiliki pengalaman positif dengan metode pengajaran yang digunakan oleh guru mereka, di mana konsep-konsep matematis dijelaskan dengan cara yang relevan dan aplikatif. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang bagaimana matematika dapat diterapkan untuk memecahkan masalah.

 
Siswa yang memilih jawaban "tidak setuju" kemungkinan besar memiliki pengalaman negatif dengan pelajaran matematika. Mereka mungkin merasa kesulitan memahami materi atau merasa frustrasi ketika menghadapi tugas-tugas matematis. Ketidakpercayaan diri dalam kemampuan matematis dapat menyebabkan pandangan skeptis terhadap kontribusi mata pelajaran ini terhadap kemampuan memecahkan masalah. Selain itu, siswa ini mungkin tidak melihat relevansi langsung antara apa yang dipelajari di kelas dengan situasi nyata di luar sekolah. Jika lingkungan sosial mereka---baik teman sebaya maupun keluarga---tidak mendukung atau menghargai pembelajaran matematika, hal ini dapat memperburuk pandangan negatif tersebut. Akibatnya, siswa-siswa ini cenderung meragukan manfaat dari pendidikan matematika dalam konteks pemecahan masalah sehari-hari.

 
Pertanyaan 7 : 
Apakah ada aspek tertentu dari matematika yang kamu anggap sulit atau membingungkan? Jika ada, sebutkan!

Jawaban:
Siswa 1: Ya ada, saat mengingat rumus.
Siswa 2: Mungkin saat saya tidak memahami bagaimana cara mengerjakan soal tersebut, belum ada penjelasan dari guru tentang materi tersebut dan agak berbeda jauh saat ulangan.
Siswa 3: Tidak ada, matematika sangat asik dan seru.

 
Hasil analisis:
Siswa 1 mengungkapkan kesulitan dalam mengingat rumus matematika. Hal ini menunjukkan bahwa memorisasi dan penguasaan konsep dasar menjadi tantangan tersendiri dalam belajar matematika. Ketidakmampuan untuk mengingat rumus dapat menghambat proses penyelesaian soal dan membuat siswa merasa kurang percaya diri, terutama dalam situasi ujian di mana ketepatan dan kecepatan sangat diperlukan.

 
Siswa 2 menyoroti masalah yang lebih kompleks, yakni kurangnya pemahaman akibat kurangnya penjelasan dari guru. Ketika materi yang diajarkan tidak dipahami dengan baik, siswa merasa kebingungan, terutama saat menghadapi soal yang berbeda dari yang diajarkan. Ini menunjukkan pentingnya pendekatan pengajaran yang lebih interaktif dan komunikatif, di mana siswa merasa didukung untuk bertanya dan mendalami materi lebih dalam.

 
Di sisi lain, Siswa 3 memiliki pandangan positif terhadap matematika, menganggapnya sebagai subjek yang menyenangkan dan menarik. Sikap optimis ini dapat berkontribusi pada keberhasilan belajar siswa, karena mereka cenderung lebih termotivasi untuk mempelajari konsep-konsep baru. Kehadiran siswa dengan pandangan positif seperti ini di dalam kelas dapat menciptakan suasana belajar yang mendukung, mendorong siswa lain untuk lebih bersemangat dalam belajar matematika.

 
Kesimpulan:
Kesimpulan yang dapat diambil dari tanya jawab dengan siswa SMA tersebut adalah bahwa pemahaman dan pengalaman belajar matematika sangat bervariasi di antara siswa. Beberapa siswa menghadapi kesulitan dalam mengingat rumus atau memahami materi akibat kurangnya penjelasan yang memadai, sementara yang lain memiliki pandangan positif dan menemukan matematika sebagai subjek yang menarik.

 
Solusi:
Ini menekankan pentingnya pendekatan pengajaran yang responsif dan adaptif, di mana guru harus memperhatikan kebutuhan individual siswa untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan memotivasi. Untuk membantu siswa yang kesulitan mengingat rumus matematika, siswa dapat diajarkan untuk memahami makna di balik rumus, bukan hanya menghafalnya. Menggunakan diagram, grafik, atau manipulatif fisik dapat memperkuat pemahaman. Latihan rutin dan penerapan rumus dalam berbagai konteks juga akan meningkatkan kepercayaan diri dan memudahkan siswa dalam mengingat rumus saat menghadapi ujian.

 

Pertanyaan 8 : 
Apa harapanmu terhadap pembelajaran matematika di sekolah ke depan?

 
Jawaban:
Siswa 1: Saya harap guru bisa menghadirkan suasana belajar mengajar yang lebih menyenagkan.
Siswa 2: Beri pelajaran yang CUKUP berguna di kehidupan sehari-hari.
Siswa 3: Semoga kedepannya guru-guru yang mengajar bisa lebih sabar dalam mengajar anak murid yang lama dalam memahami materi seperti saya.

 
Hasil analisis:
Siswa 1 mengungkapkan harapannya agar suasana belajar mengajar di kelas menjadi lebih menyenangkan. Ini mencerminkan keinginan yang kuat untuk terlibat dalam pembelajaran yang tidak hanya informatif tetapi juga menarik. Dengan menekankan pentingnya lingkungan yang menyenangkan, siswa ini menunjukkan bahwa pendekatan pedagogi (strategi dalam praktik pengajaran) yang inovatif dan interaktif dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Harapan ini mengindikasikan bahwa pengalaman positif dalam pembelajaran dapat berpengaruh besar terhadap pemahaman dan keterlibatan siswa dalam materi yang diajarkan.

 
Siswa 2 berfokus pada relevansi materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menekankan perlunya pelajaran yang bermanfaat, siswa ini menunjukkan kesadaran akan pentingnya aplikasi praktis dari matematika di dunia nyata. Harapan ini mencerminkan kebutuhan siswa untuk melihat hubungan antara teori dan praktik, sehingga pembelajaran terasa lebih bermakna dan tidak terpisah dari kehidupan mereka. Ini juga menandakan bahwa siswa ingin pelajaran yang dapat membantu mereka menghadapi tantangan sehari-hari, mengurangi kesan bahwa matematika hanya sekadar teori yang sulit dipahami.

 
Siswa 3 mengharapkan agar para guru lebih sabar dalam mengajar, terutama bagi siswa yang mungkin mengalami kesulitan dalam memahami materi. Pernyataan ini menunjukkan bahwa siswa ini menyadari bahwa tidak semua orang belajar dengan kecepatan yang sama dan menginginkan pendekatan yang lebih inklusif dari guru. Harapan ini menggarisbawahi pentingnya empati dalam pendidikan, di mana guru diharapkan untuk menyesuaikan metode pengajaran mereka agar dapat mendukung semua siswa, termasuk mereka yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami konsep-konsep matematika. Ini menandakan perlunya kolaborasi antara siswa dan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik.

 
Kesimpulan dan Solusi:
Kesimpulan yang dapat diambil dari harapan siswa terhadap pembelajaran matematika di sekolah adalah bahwa terdapat tiga elemen kunci yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan pengalaman belajar. Pertama, suasana belajar yang menyenangkan sangat penting untuk meningkatkan motivasi siswa. Kedua, relevansi materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari dapat membuat pembelajaran terasa lebih bermakna dan aplikatif. Ketiga, kesabaran dan pendekatan yang inklusif dari guru sangat diperlukan untuk mendukung semua siswa, terutama mereka yang mengalami kesulitan dalam memahami materi. Dengan mengintegrasikan ketiga elemen ini, pembelajaran matematika dapat menjadi lebih efektif dan memuaskan bagi siswa.

Penutup

Dari analisis yang dilakukan terhadap pendapat siswa SMA mengenai matematika dan logika berpikir, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyadari pentingnya kedua aspek tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Banyak siswa mengakui bahwa keterampilan matematika tidak hanya berguna dalam konteks akademis, tetapi juga dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Selain itu, logika berpikir dianggap sebagai alat penting untuk menganalisis situasi dan membuat keputusan yang rasional.

 
Namun, terdapat juga tantangan yang dihadapi oleh siswa dalam memahami konsep-konsep matematika yang abstrak. Beberapa siswa merasa kesulitan dengan penerapan teori matematika dalam situasi nyata, yang menunjukkan adanya kebutuhan untuk pendekatan pengajaran yang lebih kontekstual dan aplikatif. Hal ini mencerminkan perlunya integrasi antara teori matematika dengan praktik kehidupan sehari-hari agar siswa dapat melihat relevansi langsung dari apa yang mereka pelajari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun