Mohon tunggu...
Dave Marcellino Sancia
Dave Marcellino Sancia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Medan

Sedang menempuh Program Studi Pendidikan Matematika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Pendapat Siswa SMA Terkait Matematika dan Logika dalam Kehidupan Sehari-hari

8 Oktober 2024   12:32 Diperbarui: 8 Oktober 2024   12:42 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 
Tidak ada guru yang tidak pintar, tetapi masih banyak guru yang tidak lihai dalam hal menjelaskan. Justru terkadang membawa murid-murid dengan pemahaman yang sudah paham menjadi tidak paham karena penjelasan sang guru menjadi sulit dicerna. Juga ada guru-guru yang menganggap remeh seorang murid karena ia tidak pandai ketika disuruh menjawab soal, sang guru yang seharusnya membimbing justru mempermalukan sang murid di depan kelas; hal-hal tersebut dapat merusak kesehatan mental dan mematikan rasa percaya diri di dalam diri sang murid tersebut.

 
Membawa matematika dalam suatu hal yang mudah dimengerti adalah hal yang diidamkan oleh semua murid. Mereka cukup repot dalam memahami hal-hal rumit sehingga mereka lebih suka dengan penjelasan simpel yang masuk akal, tentu sebagian lagi akan merasa ketika dijelaskan akan paham, namun saat mengerjakan soal menjadi bingung karena tipe soalnya berbeda.

 
Tentu hal itu terjadi karena sang guru ingin murid-muridnya memiliki kemampuan problem solving yang baik, dengan mengacak-acak rumus ataupun memberikan satu-dua hal pengecoh agar murid bingung. Jika ia adalah murid yang mudah menyerah, maka ia akan langsung meninggalkan soal itu dan beralih pada soal yang lebih mudah. Tetapi, jika murid tersebut merasa tertantang, ia akan tenggelam dalam pikirannya sendiri dan mulai mencoba-coba segala kemungkinan yang hadir di dalam benaknya. Walau jawabannya belum tentu benar ataupun sang murid yang tidak puas, ia akan bertanya kepada teman-temannya tentang soal itu ataupun bergerak untuk bertanya pada sang guru.

 
Murid dengan kemampuan berpikir begitulah yang diidam-idamkan oleh para guru. Tetapi, tipe tersebutlah yang sulit untuk didapatkan. Karena murid-murid yang sudah berusaha untuk paham justru dipatahkan dengan ekspetasi bahwa ia akan paham melalui penjelasan dari guru ataupun dipatahkan karena direndahkan dengan kalimat, "Soal semudah itu saja kamu tidak bisa."
Oleh karena itu, yang harus dibenahi pertama kali adalah para guru. Mereka seharusnya dilatih kembali untuk lebih lihai dalam public speaking dan juga lebih paham dalam konsep yang lebih mudah untuk dipahami para murid. Murid akan lebih memperhatikan jika menurutnya itu mudah, oleh karena itu, pemahaman kalau 'matematika itu sulit' harus dihapuskan. Guru harus membangun suasana kelas yang menyenangkan dengan penjelasan yang menarik, entah menggunakan bahan pengajaran yang asyik ataupun melalui reward-reward kala ada murid yang sudah berani untuk mencoba.

 
Walaupun memang ada sebagian yang tidak peduli, tetapi masih banyak murid yang mendengarkan guru menjelaskan. Oleh karena itu, bibit-bibit unggul seperti itu tidak boleh dipatahkan oleh seorang guru yang tidak lihai dalam menjelaskan dan mematikan rasa keingintahuan murid. Mereka adalah masa depan Indonesia yang harus dididik dengan baik demi memajukan kesejahteraan bangsa.
Keprofesionalitasan guru untuk mengajar juga akan memengaruhi murid yang diajarkannya. Jika sang guru merasa cinta dengan hal yang ia ajar dan mencintai pekerjannya, maka ia akan dengan mudah menyalurkan ilmu-ilmu yang ia miliki kepada anak muridnya. Ilmu yang dimiliki oleh seorang guru akan turun kepada anak didiknya, oleh karena itu gurulah yang berperan penting dalam perkembangan anak ke depannya. Jika seorang guru salah, maka satu generasi yang ia ajarkan akan terus salah.

 
Pertanyaan 4 : 
Apakah kamu merasa bawa kemampuan logika berpikirmu meningkat setelah belajar matematika ?

 
Dari 34 siswa 35,29% siswa (12 orang) menjawab sangat setuju, 61,76% (21 orang) menjawab setuju, dan 2,94% siswa (1 orang) menjawab tidak setuju. Ada beberapa factor yang mempengaruhi jawaban mereka, yaitu pengalaman belajar matematika, metode pengajaran, motivasi dan minat terhadap matematika, dan persepsi diri dan kepercayaan diri.

 
Pengalaman individu dalam belajar matematika sangat berpengaruh terhadap persepsi mereka tentang kemampuan logika berpikir. Siswa yang memiliki pengalaman positif, seperti mendapatkan nilai baik atau memahami konsep dengan mudah, cenderung merasa bahwa belajar matematika telah meningkatkan kemampuan logika mereka. Sebaliknya, siswa yang mengalami kesulitan atau frustrasi mungkin tidak merasakan dampak positif tersebut.

 
Sangat Setuju (12 Siswa): Siswa yang memilih sangat setuju kemungkinan besar memiliki pengalaman positif dalam belajar matematika. Mereka mungkin merasa bahwa metode pengajaran yang digunakan oleh guru efektif, atau mereka berhasil memahami konsep-konsep matematika dengan baik. Pengalaman ini dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka dan membuat mereka yakin bahwa kemampuan logika berpikir mereka telah meningkat.

 
Setuju (21 Siswa): Siswa yang memilih setuju juga merasakan dampak positif dari pembelajaran matematika, tetapi mungkin tidak sekuat siswa yang sangat setuju. Mereka bisa jadi merasa ada peningkatan, tetapi tidak merasakannya secara signifikan atau mungkin mengalami beberapa tantangan dalam proses belajar. 

 
Metode pengajaran yang digunakan oleh guru juga berperan penting. Pendekatan yang interaktif dan aplikatif dapat membantu siswa melihat hubungan antara matematika dan logika berpikir. Jika pengajaran lebih bersifat teoritis tanpa aplikasi praktis, siswa mungkin tidak menyadari bagaimana matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis mereka.
Minat dan motivasi siswa terhadap mata pelajaran matematika mempengaruhi cara mereka menerima materi pelajaran. Siswa yang tertarik pada matematika cenderung lebih terbuka untuk mengaitkan pembelajaran dengan peningkatan kemampuan berpikir logis dibandingkan dengan mereka yang kurang berminat.
Persepsi diri siswa tentang kemampuan akademik mereka juga memainkan peranan penting. Siswa yang percaya diri dalam kemampuan matematikanya mungkin lebih cenderung untuk merasa bahwa mereka telah berkembang dalam hal logika berpikir setelah belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun