Â
Perbedaan kondisi inilah yang dapat membuat siapa pun dapat merasakan bahwa matematika itu menarik ataupun membosankan. Tidak dapat disalahkan juga, namun kualitas dan dualitas guru yang mengajar juga pasti menjadi bahan pertimbangan bagi mereka. Entah guru yang seru dan mudah dimengerti saat menjelaskan, atau bisa jadi guru yang hanya masuk hanya demi ulangan ataupun menjelaskan dengan terlalu cepat sehingga murid-murid tidak paham akan materi yang dijelaskan. Biasanya kecenderungan guru yang tidak mau dikoreksi oleh muridnya juga membawa pengaruh pernyataan bahwa mata pelajaran yang diajarkannya menjadi tidak menyenangkan atau menarik karena mereka tidak paham apa yang dijelaskan.
Â
Selain kualitas dan dualitas dari guru, keadaan lingkungan juga dapat memengaruhi seorang murid. Entah itu lingkungan kelas yang kotor ataupun situasi kelas yang berisik, semua hal sekecil apa pun dapat mengganggu seseorang untuk menerima pembelajaran yang di depan kelas. Keadaan kelas yang ambisius dalam menerima pelajaran akan membuat seorang murid menjadi lebih antusias dalam belajar, sebab murid akan merasa bahwa ia tidak boleh tertinggal dari teman-temannya.
Â
Mereka yang menganggap bahwa pelajaran matematika menarik biasanya cenderung karena mereka paham dengan materi yang diajarkan, juga mereka yang merasa tertantang bahwa persoalan matematika sesulit apa pun dapat dipecahkan dengan berbagai solusi dan tidak akan dapat terselesaikan bila tidak berusaha untuk menyelesaikannya. Hal itu membuat pemikiran murid menjadi terbentuk: "Matematika mengajarkan bahwa tidak ada masalah di dunia ini tanpa solusi."
Â
Bisa jadi juga seorang murid merasa bahwa pelajaran matematika membosankan karena merasa tidak berguna untuk memelajarinya, padahal matematika akan selalu diperlukan sampai kapan pun demi melatih pikiran dan dalam kehidupan sosial. Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam cita-citanya akan selalu ada matematika sebagai dasar dan tidak akan pernah dilupakan.
Â
Murid-murid yang merasa pembelajaran di kelas dalam kategori menarik ataupun sangat menarik, itu mencerminkan bahwa guru yang mengajarkan itu ke mereka sudah berhasil membawa murid-murid itu untuk tenggelam dalam ruang matematika yang nyaman bagi mereka. Mereka yang paham dengan matematika akan merasa bahwa semua hal di luar sana menjadi lebih mudah, berbeda dengan mereka yang menganggap remeh matematika hanya sebatas 'kalkulator'.
Â
Sebab, matematika tidak hanya tentang kalkulator, tapi juga mengenai bagaimana konsep matematika hadir untuk menyelesaikan sebuah permasalahan secara logika. Jika matematika hanya sebatas 'kalkulator', maka seseorang tidak perlu repot-repot untuk mendalami matematika hingga ke akar-akarnya. Matematika hadir sebagai pilar yang akan mengokohkan pemikiran seseorang, juga akan membentuk pemikiran yang lebih rasional dan masuk akal.
Â
Oleh sebab itu, ketidakmampuan seorang guru untuk membuat muridnya suka ataupun tertarik dengan matematika adalah suatu kegagalan. Seharusnya guru lebih mampu untuk mengekpresikan matematika dengan lebih baik, sehingga tidak ada pemikiran seperti: "Matematika membosankan," "Matematika hitung hal nggak berguna," ataupun "Untuk apa sih hitung begini?"
Â
Harusnya seorang guru dapat menanamkan rasa ingin tahu ke dalam pemikiran seetiap murid, sehingga mereka tidak akan pernah puas dengan apa yang mereka dapatkan. Mereka akan terus ingin tahu, ingin memecahkan soal yang lebih sulit lagi, ataupun mereka yang semakin penasaran dengan konsep matematika lebih dalam. Rasa yang terus terpupuk itu akan membuat seorang murid tidak menganggap remeh pelajaran matematika yang katanya 'membosankan'.
Â
Pertanyaan 3 :Â
Apakah menurutmu pelajaran matematika itu sulit?
Â
11,8% menjawab sangat sulit, 64,7% menjawab sulit, 14,7% menjawab tidak sulit, dan 8,8% menjawab sangat tidak sulit. Faktor-faktor yang dapat membedakan adalah: (1) Seberapa profesional sang guru dalam menjelaskan materi, (2) kepahaman mereka dalam mencerna penjelasan, dan (3) seberapa besar rasa ingin belajar mereka.
Â
Dari beberapa responden, banyak yang mengharapkan ataupun sebenarnya ingin bisa dalam pembelajaran, tapi dikarenakan guru yang memberikan pengajaran tidak dapat menarik perhatian minat siswa dan sulit untuk dimengerti, murid jadi cenderung enggan untuk menerima ilmu yang diberikan. Juga sepertinya banyak yang lebih menginginkan pendekatan secara langsung dengan siswa, mungkin dengan tanya-jawab, menjawab soal-soal bersama di depan kelas, ataupun banyak hal lainnya yang dapat membangun persaingan dan keambisiusan para peserta didik.