Saat  menjalani rawat jalan di RS 3 tahun lalu selain meresepkan obat-obatan, dokter internist di sana juga selalu menyarankan untuk konsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran, macam apel, buah naga dan rebusan seledri. Berangkat dari saran tersebut akhirnya saya membiasakan diri untuk mengkonsumsi sayur dan buah dengan porsi besar tiap harinya yang jenisnyapun tidak terbatas pada saran dokter. Selain mengkonsumsi, saya juga me-review efek sayur atau buah yang dimakan. Sehingga akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa sayur lebih baik dikonsumsi mentah atau kalau ingin diolah - cukup dicelup dalam air mendidih selama 1 menit sehingga kesegarannya tetap terjaga. Sayur mentah atau yang sudah melalui tahap rebus 1 menit itu bisa disimpan di kulkas setelah dimasukkan dalam box plastik tertutup. Selanjut tinggal dimasak atau dikonsumsi begitu saja dengan sambal terasi/ saos sambal.
Ternyata kebiasaan tersebut selaras dengan penelitian ini yang dilakukan pada para 2,884 dokter dan nakes yang berada di garda depan pengobatan Covid-19 di 6 Negara (Perancis, Jerman, Italy, Spanyol, Inggris dan AS)  yang memperlihatkan  pola makan dominan  sayur dan buah mengurangi tingkat keparahan paparan Covid-19 hingga 73%.Â
Data dari penelitian yang dipimpin oleh Dr Sara B Seidelmann dari Stamford Hospital, Greenwich, US ini menyebabkan seorang dokter ahli jantung di Malaysia mengatakan bahwa akan lebih murah dan rendah biaya jika pemerintah mendorong rakyatnya untuk lebih banyak makan sayuran, ketimbang menggalakkan program vaksin.
Sebenarnya pas hasil swab test menunjukkan positif Covid-19, secara mental jadi down dan malas makan kecuali buah-buahan untuk melindungi lambung sebelum minum obat-obatan yang cukup keras. Bisa dibilang selama 10 hari dari 18 hari isoman, saya hanya mengkonsumsi buah-buahan. Ternyata sayur dan buah inilah yang melindungi saya dari tingkat keparahan paparan Covid-19.
Selama pandemi, masyarakat Indonesia yang tadinya minim konsumsi buah mulai menyadari pentingnya buah untuk menjaga stamina dan meningkatkan imunitas tubuh, apalagi Presiden Jokowi sampai mengingatkan untuk konsumsi sayur dan buah karena orang Indonesia baru mengkonsumsi 88 gram/ hari masih dibawah standar WHO yang 150 gram/ hari. Akibatnya harga buah mulai naik hingga menyebabkan banyak orang yang sudah terbiasa mengkonsumsi buah untuk keperluan pola makan jadi mengeluh. Alhamdulillah saya tidak mengalami hal ini saat jalan pagi menemukan  sebuah kios di luar area pasar kaget beberapa tahun lalu,  menemukan oase buah murah meriah yang lengkap. Ini disebabkan pemilik kios itu tiap pagi menyortir buah-buah yang ada, yang rada bonyok langsung disiangi, dibungkus dan dijual dalam kotak berpendingin es seharga seribu rupiah/ plastik. Ini penampilan buah-buahan seharga seribu yang jadi konsumsi tiap hari. Salak Pondoh 3-4 buah/ bungkus juga dibandrol seribu.
Tidak hanya di pasar kaget, tukang sayur keliling juga memberikan harga miring untuk dagangannya. Pepaya 5 ribu, sayur pokchoy 3 ribu, pisang ala sunpride 7 ribu 3 buah.
Banyak Berjalan Kaki Setiap Hari
Saat didiagnosa menderita penyumbatan pembuluh darah dibeberapa titik yang ada di kepala dan muka yang ditulis di sini, logika saya berpikir berarti harus banyak bergerak agar lemak yang menyumbat segera pergi. Gerak yang konsisten dilakukan adalah jalan kaki pagi, dimulai dari pulang pergi ke RS yang berjarak 1.7 km, berarti dalam sehari bisa menempuh jarak 3.4 km. Â Karena ke RS bisa 5 kali dalam seminggu jadi lumayan banyak kan langkah yang ditempuh. Setelah frekwensi ke RS berkurang, saya menggantinya dengan jalan pagi dalam radius 1 km -- pulang pergi 2 km/ hari.