Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Makassar Pilihan

Komorbid Malah Menghilang Saat Terpapar Covid-19

23 Oktober 2021   10:37 Diperbarui: 23 Oktober 2021   10:46 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat  menjalani rawat jalan di RS 3 tahun lalu selain meresepkan obat-obatan, dokter internist di sana juga selalu menyarankan untuk konsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran, macam apel, buah naga dan rebusan seledri. Berangkat dari saran tersebut akhirnya saya membiasakan diri untuk mengkonsumsi sayur dan buah dengan porsi besar tiap harinya yang jenisnyapun tidak terbatas pada saran dokter. Selain mengkonsumsi, saya juga me-review efek sayur atau buah yang dimakan. Sehingga akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa sayur lebih baik dikonsumsi mentah atau kalau ingin diolah - cukup dicelup dalam air mendidih selama 1 menit sehingga kesegarannya tetap terjaga. Sayur mentah atau yang sudah melalui tahap rebus 1 menit itu bisa disimpan di kulkas setelah dimasukkan dalam box plastik tertutup. Selanjut tinggal dimasak atau dikonsumsi begitu saja dengan sambal terasi/ saos sambal.

dok.pri
dok.pri

Ternyata kebiasaan tersebut selaras dengan penelitian ini yang dilakukan pada para 2,884 dokter dan nakes yang berada di garda depan pengobatan Covid-19 di 6 Negara (Perancis, Jerman, Italy, Spanyol, Inggris dan AS)  yang memperlihatkan  pola makan dominan  sayur dan buah mengurangi tingkat keparahan paparan Covid-19 hingga 73%. 

Data dari penelitian yang dipimpin oleh Dr Sara B Seidelmann dari Stamford Hospital, Greenwich, US ini menyebabkan seorang dokter ahli jantung di Malaysia mengatakan bahwa akan lebih murah dan rendah biaya jika pemerintah mendorong rakyatnya untuk lebih banyak makan sayuran, ketimbang menggalakkan program vaksin.

Sebenarnya pas hasil swab test menunjukkan positif Covid-19, secara mental jadi down dan malas makan kecuali buah-buahan untuk melindungi lambung sebelum minum obat-obatan yang cukup keras. Bisa dibilang selama 10 hari dari 18 hari isoman, saya hanya mengkonsumsi buah-buahan. Ternyata sayur dan buah inilah yang melindungi saya dari tingkat keparahan paparan Covid-19.

Selama pandemi, masyarakat Indonesia yang tadinya minim konsumsi buah mulai menyadari pentingnya buah untuk menjaga stamina dan meningkatkan imunitas tubuh, apalagi Presiden Jokowi sampai mengingatkan untuk konsumsi sayur dan buah karena orang Indonesia baru mengkonsumsi 88 gram/ hari masih dibawah standar WHO yang 150 gram/ hari. Akibatnya harga buah mulai naik hingga menyebabkan banyak orang yang sudah terbiasa mengkonsumsi buah untuk keperluan pola makan jadi mengeluh. Alhamdulillah saya tidak mengalami hal ini saat jalan pagi menemukan  sebuah kios di luar area pasar kaget beberapa tahun lalu,  menemukan oase buah murah meriah yang lengkap. Ini disebabkan pemilik kios itu tiap pagi menyortir buah-buah yang ada, yang rada bonyok langsung disiangi, dibungkus dan dijual dalam kotak berpendingin es seharga seribu rupiah/ plastik. Ini penampilan buah-buahan seharga seribu yang jadi konsumsi tiap hari. Salak Pondoh 3-4 buah/ bungkus juga dibandrol seribu.

dokpri
dokpri

Tidak hanya di pasar kaget, tukang sayur keliling juga memberikan harga miring untuk dagangannya. Pepaya 5 ribu, sayur pokchoy 3 ribu, pisang ala sunpride 7 ribu 3 buah.

Banyak Berjalan Kaki Setiap Hari

Saat didiagnosa menderita penyumbatan pembuluh darah dibeberapa titik yang ada di kepala dan muka yang ditulis di sini, logika saya berpikir berarti harus banyak bergerak agar lemak yang menyumbat segera pergi. Gerak yang konsisten dilakukan adalah jalan kaki pagi, dimulai dari pulang pergi ke RS yang berjarak 1.7 km, berarti dalam sehari bisa menempuh jarak 3.4 km.  Karena ke RS bisa 5 kali dalam seminggu jadi lumayan banyak kan langkah yang ditempuh. Setelah frekwensi ke RS berkurang, saya menggantinya dengan jalan pagi dalam radius 1 km -- pulang pergi 2 km/ hari.

dok.pri
dok.pri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun