“Kau terlalu membawa perasaan. Biasanya hal-hal demikian karena ada pengalaman masa lalu yang tidak mengenakkan. Kau harus memahami apa yang terjadi pada dirimu dan menaklukkan ledakan-ledakan emosi yang timbul.”
Dia menyimak, “Mungkin aku terlalu lelah dengan kulinerku. Bagaimana jika aku masuk dalam bisnis kulinermu yang lebih enjoyable. Aku bisa membantumu jadi pemasok makanan di beberapa café. Terserah mau diperhitungkan sebagai marketer atau partner bisnis. Masing-masing membawa perhitungan yang berbeda. “
Dilanjutkannya pembicaraan dengan perhitungannya yang terperinci dan adil.
Akupun berhitung antara logika dan rasa…..dan hanya bisa berharap supaya bau jempolnya tidak hilang agar bisa menjaga kepala tetap di berada atas permukaan air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H