jelas mereka mau enaknya, hanya mau untungnya saja, memakai nama saya tetapi saya tidak diberikan bagian yang menjadi hak saya, bila ada masalah dengan produk maka saya orang yang paling dicari dan harus bertanggung jawab.
Saya prihatin karena banyak konsumen golongan menengah ke bawah, yang harus membeli jamu tetes S dengan sitem paket 10 botol @ 15 ml seharga Rp 2.500.000,- dan bukan formula yang original, sementara saya tidak bisa berproduksi karena mereka tetap akan merekayasa kasus berikutnya, mereka begitu yakin karena sudah 2 kali kasus rekayasanya berhasil memenjarakan saya.
Saya ingin kembali memproduksi jamu tetes yang original dan mencari orang yang tepat yang bisa memback up juga tetap mempunyai hati untuk memberkati bangsa Indonesia.
Biasanya saya selalu memberikan jamu tetes gratis bagi yang tidak mampu, dan semua karyawan dan keluarganya setiap bulan selalu diberi jatah gratis jamu tetes, agar mereka merasakan manfaatnya dan selalu sehat, sehingga mereka juga menjadi iklan berjalan, setelah semua mereka kuasai saya ragukan ada pembagian lagi yang gratis.Â
Mereka hanya mengambil 1 formula jamu tetes, tetapi karena saya yang di tekan, maka semua inovasi yang saya buat akan terkubur terbawa mati, jadi mubazir dan percuma saja.
Kejahatan kemanusiaan yang saya alami
- Selama di penjara 2 tahun 1 bulan saya tidak pernah sekalipun di kunjungi istri dan anak-anak saya, karena mereka mengacam akan memenjarakan istri saya juga.
- Selama di rumah tahanan polda Gorontalo saya di tekan oleh penyidik, dan bila ada kunjungan selalu di awasi, tidak seperti tahanan lain, padahal saya bukan teroris.
- Setelah bebas tanggal 13 november 2014 sampai hari ini saya dan istri belum bisa bertemu ibu saya yang sudah tua umur 72 th dan mertua saya di Tombatu umur 84 th, karena selalu ada mata-mata yang mengawasi rumah kami di Citraland Manado, sehingga kami tidak bisa tinggal dan berusaha di rumah kami sendiri, memaksa saya menjadi nomaden, selalu berpindah pindah rumah, pindah kota, pindah pulau bahkan pindah Negara, dengan demikian mereka berhasil membuat saya tidak memiliki penghasilan, sementara inovasi temuan saya sendiri di rampas dengan cara hukum ( power uang ) dan saya jadi penonton dari inovasi saya yang menghasilkan uang puluhan Milyar tanpa sedikitpun saya bisa nikmati.
Saya sangat kuatir saat ibu saya dan mertua saya meninggal kami tidak bisa hadir, saya sangat sedih.Â
Sementara ini saya menulis di kompasiana, dengan tujuan ingin mendapat dukungan, apakah inovasi saya pantas jadi inovasi kebanggan Indonesia ? saya akan melakukan perlawanan dengan cara yang cerdas, saya perlu dukungan dari teman-teman kompasiana, bahwa mafia hukum bukan Cuma cerita tapi nyata.
Menulis pengalaman ini sangat menekan saya, saya tidak bisa tidur nyenyak, karena akan banyak orang yang terusik , tetapi saya bertekad sudah waktunya saya keluar dari persembunyian, itu juga karena saya menulis pengalaman saya di kompasiana apa adanya, saya tahu kekuatan media jauh lebih kuat, lebih powerfull melawan ketidak adilan, melawan keserakahan, melawan korupsi, melawan oknum polisi nakal, melawan jaksa nakal, dan melawan hakim yang memutus perkara karena uang, saya ini inovator yang sudah merasakan susahnya di penjara, mereka pikir saya menyerah, mereka pikir saya kalah, dan mereka salah, inovator banyak akalnya, inovator banyak teman nya, inovator selalu bisa berinovasi bahkan disaat tidak ada kesempatan sama sekali.
Saya akan keluar dari persembunyian saya