Upaya Ulil membela tambang batubara telah mengkhianati intelektualitasnya yang harusnya berpikir jernih berdasarkan ilmu pengetahuan sehingga dapat memberikan pencerahan di tengah kegelapan. Alih-alih memberikan pencerahan, pembelaan Ulil terhadap tambang batubara justru mematikan lilin-lilin kecil yang sekarang sedang dinyalakan oleh jutaan rakyat di tengah kegelapan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lilin-lilin kecil itu adalah simbol kesadaran rakyat terhadap hak asasi manusia (HAM), dalam konteks ini adalah hak atas lingkungan hidup.
Kebijakan publik pemerintah terkait ijin tambang ke ormas keagamaan ini tidak lagi mencerminkan kepentingan mayoritas rakyat, tapi segelintir elite ekonomi-politik. Segelintir elite politik itu yang sejatinya telah mengendalikan kebijakan pemerintah, termasuk soal ijin tambang untuk ormas. Model pembuatan kebijakan seperti ini tentu sebuah penyimpangan.
Kebijakan pemerintahan yang menyimpang itu perlu kehadiran para intelektual tukang untuk membuatnya menjadi seolah-olah benar. Â Seorang intelektual yang harusnya berpikir jernih berdasarkan ilmu pengetahuan kini menjadi berpikir kacau yang didasarkan kepentingan jangka pendek. Perosalan ijin tambang batubara untuk ormas keagamaan telah membutakan mata hati, bukan hanya elite ekonomi-politik, tapi mata hati seorang intelektual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H