Saat itu, buku- buku Roald Dahl belum lagi ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Aku sendiri memiliki beberapa bukunya yang kubeli di toko- toko buku di luar negeri.
Dan, suamiku terkasih itu, memberiku oleh- oleh yang kuminta. Sebuah buku tebal yang ditulis oleh Roald Dahl.
Tapi… melihat sampulnya, aku menjadi curiga. Kenapa begitu ‘dingin’ dan warnanya hitam putih. Belum lagi, teks di buku itu ditulis dengan huruf- huruf yang berukuran kecil.
Kubaca bab pertama, dan… ya ampun. Baru kusadari apa yang terjadi. Buku itu benar ditulis oleh Roald Dahl. Tapi, itu buku untuk orang dewasa. Ha ha ha, suamiku yang tak pernah membaca buku Roald Dahl sebelumnya, rupanya tak tahu bahwa Roald Dahl adalah penulis buku kanak- kanak terkenal, dan tak menduga bahwa yang kuminta adalah buku anak- anak, sementara sungguh, aku sendiri tak tahu bahwa Roald Dahl juga menulis buku- buku serius untuk pembaca dewasa semacam itu.
Kukatakan itu padanya. Suamiku tercengang, lalu tertawa.
Penemuan baru lagi.
Istrinya, bukan hanya gemar membaca novel- novel ringan, tapi ternyata penikmat cerita anak- anak, hihihihihi…
Dia menggeleng- gelengkan kepala. Entahlah, apakah jika hal ini diketahuinya sebelum kami menikah dia akan mengurungkan niatnya menikahi aku atau tidak. Tapi terlambat, sebab dia sudah menikahi aku saat itu, ha ha. Jadi, kurasa, dia menyerah saja pada situasi itu dan pada kepergian berikutnya ke luar negeri, saat pulang, dari kopernya dia mengeluarkan beberapa buah buku.
Roal Dahl. Kali ini persis seperti yang kuinginkan, buku cerita anak- anak.
Kuterima dengan girang oleh- olehnya itu…
***