Mohon tunggu...
Daun Ilalang
Daun Ilalang Mohon Tunggu... -

Life is like a rainbow. You need both the sun and the rain to make its colors appear. ~ ♫ ❤

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Book - A Bridge to The Heart

23 Oktober 2012   13:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:29 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1351000371453962724

Suatu malam beberapa waktu yang lalu…

KUPERHATIKAN sekilas gambar- gambar dari sebuah film di televisi yang menyala. Ada ruang tengah yang nyaman, dapur yang menyenangkan, dan lalu…

“ Meryl Streep? “ tanyaku sesaat kemudian pada suamiku yang sejak tadi menonton film tersebut. Aku sendiri sejak tadi masih mondar- mandir kesana ke mari melakukan ini dan itu dan hanya melihatnya sekilas- sekilas.

Kepingan- kepingan gambar dan dialog muncul lagi. Film yang menarik. Membuatku pada akhirnya duduk di samping suamiku untuk turut menyaksikannya.

“ Film apa ini? “ tanyaku sambil terus menatap layar kaca.

“ The Bridges of Madison County, “ jawab suamiku.

Hmm.

Kutatap lagi televisi di hadapanku.

The Bridges of Madison County?

Aku yakin aku belum pernah menonton film lawas yang sedang diputar di televisi itu, tapi judul itu rasanya familiar di telingaku.

Dan…

Aku tiba- tiba teringat sesuatu.

“ Oh, ini yang bukunya pernah kamu beliin buat aku ya? “ tanyaku.

Suamiku mengangguk.

Aku ingat lagi sekarang. The Bridges of Madison County. Novel yang ditulis berdasarkan kisah nyata tentang Robert Kinkaid, seorang fotografer untuk National Geographic dan Fransesca Johnson, ibu rumah tangga yang tinggal di sebuah rumah pertanian di Iowa.

Robert Kinkaid yang unik adalah pribadi yang senang melakukan perjalanan ke gurun- gurun di Asia, sungai- sungai yang jauh, dan kota- kota kuno. Dia adalah pria yang merasa tidak selaras dengan jamannya. Pertemuannya dengan Fransesca membuatnya merasa menemukan seseorang yang sejiwa. Indah, menakjubkan, tapi pada saat dan situasi yang tidak tepat--sebab Fransesca sudah menikah, memiliki suami yang mencintainya, dan dua anak hadir dalam rumah tangga mereka.

***


[caption id="attachment_219513" align="aligncenter" width="395" caption="Ilustrasi: yi92ahbee.blogspot.com"][/caption]

Layar televisi menunjukkan dialog antara Meryl Streep dan Clint Eastwood. Saat- saat ketika Robert Kinkaid yang diperankan Clint Eastwood mengajak Fransesca untuk turut pergi bersamanya. Fransesca galau dalam keinginan dan kepentingan yang tarik- menarik, memutuskan untuk tak ikut pergi.

Kuperhatikan deretan buku di rak yang ada di sekitar kami. Dan ah… itu dia, novel berjudul The Bridges of Madison County itu kutemukan di sana.

The Bridges of Madison County sendiri adalah buku best seller. Ditulis oleh Robert James Waller, buku ini terjual lebih dari lima puluh juta copy di seluruh dunia.

***

Buku, menyambungkan kami sejak dulu. Aku dan suamiku itu.

Menjadi jembatan yang menghubungkan dua hati.

Saat kami baru saja berkenalan, buku adalah salah satu topik pembicaraan yang membuat kami dekat satu sama lain. Kami banyak membaca buku- buku yang sama, rupanya. Kegemaran kami bersinggungan pada buku- buku yang ditulis Romo Mangunwijaya, Ahmad Sobari, Umar Kayam dan semacamnya.

Hal itu menyatukan kami.

Baru setelah beberapa saat menikah dan masing- masing membawa beberapa kotak buku milik masing- masing, kami menyadari bahwa sebenarnya selera kami agak berbeda, ha ha ha.

Selain buku- buku yang sama dengan yang kubaca, suamiku memiliki banyak buku lain yang belum pernah kubaca. Jenis buku- buku yang perlu pemahaman spiritual dan kemampuan filsafat yang tinggi untuk dapat memahaminya, sementara aku…

Aku ingat saat itu suamiku dengan ‘takjub’ memandangi kumpulan novelku yang dengan hati- hati kususun di rak buku kami dulu. Tampaknya baru saat itu dia menyadari bahwa aku ternyata cukup ‘error’ untuk membaca jenis- jenis novel yang menurut pendapatnya ‘tidak memperkaya jiwa’, ha ha ha.

Kami bukan kawan lama, memang. Suamiku, adalah kawan baruku. Kami berkenalan dan dengan segera saling tertarik satu sama lain lalu tak lama setelah itu kami menikah. Karenanya memang banyak hal- hal kecil tentang kami yang tak sempat kami ketahui sebelumnya, yang baru terungkap saat kami telah menikah.

Termasuk bahwa aku adalah penikmat novel- novel ringan yang tak akan pernah disentuhnya, dan…

Ha ha.

Ada cerita lain tentang buku ini. Yaitu, lepas dari bahwa selera kami kadangkala tak sama, dia tak pernah bosan memberiku oleh- oleh buku saat bepergian. Dan ada pengalaman yang sungguh membuatku geli tentang ini, yaitu bahwa pada suatu saat dulu, ketika dia pergi ke luar negeri, kuminta dia membelikanku buku yang ditulis Roald Dahl.

Saat itu, buku- buku Roald Dahl belum lagi ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Aku sendiri memiliki beberapa bukunya yang kubeli di toko- toko buku di luar negeri.

Dan, suamiku terkasih itu, memberiku oleh- oleh yang kuminta. Sebuah buku tebal yang ditulis oleh Roald Dahl.

Tapi… melihat sampulnya, aku menjadi curiga. Kenapa begitu ‘dingin’ dan warnanya hitam putih. Belum lagi, teks di buku itu ditulis dengan huruf- huruf yang berukuran kecil.

Kubaca bab pertama, dan… ya ampun. Baru kusadari apa yang terjadi. Buku itu benar ditulis oleh Roald Dahl. Tapi, itu buku untuk orang dewasa. Ha ha ha, suamiku yang tak pernah membaca buku Roald Dahl sebelumnya, rupanya tak tahu bahwa Roald Dahl adalah penulis buku kanak- kanak terkenal, dan tak menduga bahwa yang kuminta adalah buku anak- anak, sementara sungguh, aku sendiri tak tahu bahwa Roald Dahl juga menulis buku- buku serius untuk pembaca dewasa semacam itu.

Kukatakan itu padanya. Suamiku tercengang, lalu tertawa.

Penemuan baru lagi.

Istrinya, bukan hanya gemar membaca novel- novel ringan, tapi ternyata penikmat cerita anak- anak, hihihihihi…

Dia menggeleng- gelengkan kepala. Entahlah, apakah jika hal ini diketahuinya sebelum kami menikah dia akan mengurungkan niatnya menikahi aku atau tidak. Tapi terlambat, sebab dia sudah menikahi aku saat itu, ha ha. Jadi, kurasa, dia menyerah saja pada situasi itu dan pada kepergian berikutnya ke luar negeri, saat pulang, dari kopernya dia mengeluarkan beberapa buah buku.

Roal Dahl. Kali ini persis seperti yang kuinginkan, buku cerita anak- anak.

Kuterima dengan girang oleh- olehnya itu…

***

Buku, selalu mengikatkan hatiku dengan suamiku. Menjadi jembatan baginya untuk merebut hatiku.

Tak akan pernah aku lupa hadiah pertama yang diberikannya padaku. The Essential Hemingway.

Buku second hand bersampul agak lusuh yang diberikannya tanpa bungkus itu, dengan segera -- di minggu kedua perkenalan kami saat itu, membuat aku memahami dengan baik kepribadiannya. Cara pikirnya. Hatinya.

Sedetik setelah kuterima hadiah buku second hand itulah, kutahu aku telah jatuh cinta padanya, dan hatiku bahkan telah menjawab “ya” bagi pertanyaan yang belum lagi diajukannya, pertanyaan apakah aku akan bersedia menikah dengannya…

p.s. :

Di kemudian hari, saat aku menceritakan hal ini pada suamiku, dia tertawa terbahak- bahak dan menggodaku dengan “dasar, memang kamu aja yang udah naksir aku setengah mati”, sebab konon katanya, saat dia memberikan buku Hemingway itu padaku, dia memang hanya ingin memberi buku saja, tak ada niatnya untuk menjalin hubungan lebih jauh, apalagi menikah denganku, hihihihihi... ( namun tak perduli apakah dia berniat atau tidak, tapi beberapa bulan kemudian, di suatu bulan Oktober yang indah, kami mengikat janji sebagai suami istri… )

Posting ini, walau jadinya tak seromantis yang kuinginkan, kutulis sebagai surat cintaku padanya. Ungkapan rasa terimakasihku atas tahun- tahun bahagia yang telah kami lalui bersama...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun