"Baiklah, aku mau menolongmu tapi kau tidak boleh ke jembatan itu lagi. Bagaimana?"
"Apa yang akan kau lakukan? Bahkan menyerahkan nyawamu masih belum cukup!"
"Aku akan memberimu sebelas sesembahan. Bentuknya hewan -- hewan ternak seperti kambing, sapi atau kuda. Setiap bulan purnama datanglah kesini untuk mengambilnya. Jadi kau tak perlu repot -- repot menunggu mangsa lewat di jembatan itu. Bagaimana?"
"Baik! Aku akan kesini setiap bulan purnama. Tapi awas, kalau aku kesini tidak ada sesajen yang kau janjikan, aku akan mencari mangsa kemanapun sesukaku!"
Kedua makhluk itu pun berjanji. Setiap bulan purnama, si pemuda menaruh daging hewan ternak di sekitar tebing itu untuk Lemah Geni. Sampai akhirnya jumlah nyawa terpenuhi, dan Lemah Geni itu digantikan oleh lainnya.
Kini, jembatan itu aman untuk dilewati. Banyak orang sudah tak takut untuk berjalan di sekitarnya. Si pemuda senang, karena dengan begitu ia bisa segera bertemu dengan temannya. Di suatu malam yang dingin, ia duduk di rumah cenayang dan menulis pesan di kertas.
Halo, Tuan Pengacara.
Suratmu yang sebelumnya, tanpa kuduga telah mengantarkan aku kepada sesuatu yang kutuju. Dan berkat penemuan itu, aku bisa mengalihkan penghalang agar kita bisa bertemu.
Makhluk api itu sudah tidak ada di jembatan itu. Sekarang orang -- orang sudah bepergian lewat sana lagi. Dan mungkin ini kabar baik agar kita bisa bertemu.
Aku akan kembali ke kotaku, dan kutunggu kedatanganmu.
Dengan penuh kepercayaan,