Lalu kertas itu, masih di atas, perlahan meremas dirinya sendiri dan.. Passs... Kertas itu hilang bersama dengan munculnya asap tipis. Si pemuda yang kaget jatuh terjengkang sambil menutupi kedua matanya.
Saat ia membuka kedua matanya, di depannya ada dua biji tanaman. Ia tak tahu biji tanaman apa itu, tapi ia ingat akan ketiga bait puisi yang tertera di peta tadi.
"Ladang tandus kan bersinar
Kepak elang kan terdengar
Benih tanaman kan bertemu"
Tanpa banyak pikir lagi, ia kemudian mengambil kedua biji itu. Lalu ia menempelnya menjadi satu. Dan seketika.. muncullah sebuah botol kecil berwarna bening.
Botol itu, di dalamnya ada air terjun mini, yang mengalir dari atas tutup botol ke dasar botol. Alirannya sangat deras, dan airnya terlihat jernih sekali.
Si pemuda merasa campur aduk. Heran, bingung sekaligus takjub akan yang dilihatnya.
"Cenayang itu.. benar -- benar seorang penipu!" Mulutnya kembali menggerutu, tapi jauh di dasar lubuk hatinya, ada secuil rasa puas yang tak terhingga kiranya, dan itulah yang membuat tenaganya penuh lagi, sehingga ia memberanikan diri untuk terus melangkah, dan terus melangkah untuk menggapai apa yang diinginkannya.
Tamat
Cerita sebelumnya:
Si Turis, Si Pemuda, dan Air Terjun Keabadian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H