Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... Penulis - WNI

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Rehat: Si Pemuda dan Pemilik Warung

25 Januari 2021   01:26 Diperbarui: 25 Januari 2021   02:03 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedai artstation.com

Seorang pemuda sedang duduk di kedai. Di mejanya ada segelas air putih hangat. Di samping air itu, beberapa pisang rebus masih mengepul.

Hidangan itu tak ia sentuh. Karena tangannya sedang memegang sebuah amplop. Tertulis di depan amplop itu, dari seorang temannya dari daerah jauh.

Halo, temanku. Apa kabar? Kuharap semua baik saja.

Melalui surat ini, aku ingin meminta maaf. Aku masih belum bisa pergi ke kota sesuai kesepakatan kita dulu.

Karena sewaktu dalam perjalanan, aku mengalami kejadian yang di luar dugaan. Aku merasa tidak nyaman lalu memutuskan kembali ke tempatku.

Mungkin kau sulit untuk percaya, tapi kami bertemu dengan makhluk api raksasa yang menghambat perjalanan kami.

Mungkin bulan ke delapan aku akan mengirim pesan lagi. Semoga saat itu aku sudah siap menempuh perjalanan, dan kuharap kau membalas pesan singkatku ini.

Dengan penuh kepercayaan,

Tuan Pengacara

Pemuda itu lalu melipat kertas dan memasukannya ke dalam sakunya. Lalu ia meneguk air hangat dan melahap pisang rebus yang mulai dingin.

Warung itu sangat ramai saat sore. Pengunjung datang dan pergi dari sekitar sana. Tapi ada juga kadang seorang asing yang singgah disana untuk melepas penat.

Pemilik warung sedang berdiri di belakang meja. Ia mengamati para tamunya, dan pandangannya tengah tertuju kepada seorang pemuda yang duduk sendiri sambil makan pisang.

"Maaf Tuan, saya baru kali ini melihat Tuan. Kalau boleh tahu, darimana Tuan berasal?" tanyanya ingin tahu.

"Saya dari sekitar sini saja. Saya tinggal di dekat pinggir hutan. Maaf kalau kedatangan saya mengagetkan Anda."

"Tidak, tidak. Saya hanya ingin tahu saja. Ngomong -- ngomong, anda mau pergi kemana?"

"Sebenarnya saya sedang menunggu teman saya di pusat kota. Tapi ia tidak bisa datang karena ada kejadian tak terduga."

"Ah, benar. Banyak sekali kejadian tak terduga akhir -- akhir ini. Kambing -- kambing kami banyak yang hilang tanpa sebab. Sapi -- sapi juga. Ayam yang biasanya tenang kini ramai di tengah malam."

Si pemuda mendengarkan.

"Aku juga dengar kabar kalau di tengah hutan sana ada penunggu. Ia suka mengganggu orang -- orang yang lewat. Mungkin ternak kami hilang dicuri dan dimangsa oleh makhluk itu."

Si pemuda minum air, sambil terus mendengarkan.

"Apakah di tempat tinggal anda tidak pernah diganggu makhluk halus?"

"Kalau menurut anda makhluk halus seperti manusia serigala dan sejenisnya, saya rasa tidak."

"Oh, syukurlah. Karena kabarnya makhluk itu tinggal di dalam hutan sana. Seminggu yang lalu, dia menampakkan dirinya lagi. Dia mengganggu dua orang asing yang hendak menuju kesini. Delman yang mereka tumpangi terbakar habis. Kudanya tewas, tinggal tulang belulang. Untungnya kedua orang itu selamat."

Si pemuda menaruh gelasnya.

"Maaf, kalau boleh tahu, dimana tepatnya peristiwa itu terjadi?"

"Aku tak tahu persis. Hutan itu sangat luas. Aku tak tahu di sebelah mana. Tapi dengar -- dengar, peristiwa mengerikan itu terjadi di dekat sebuah jembatan."

Si pemuda merasa ingat sesuatu. Lalu ia membayar dan berpamitan kepada pemilik warung.

"Hendak kemana, Tuan?"

"Aku ada urusan. Besok aku kembali kesini."

Pemuda itu melecut kudanya, berlari menuju hutan. Pemilik warung hendak membereskan gelas dan piring, namun ia menemukan sesuatu. Sebuah pedang kecil, tergeletak di kursi pemuda tadi.

Tamat

Cerita Mistis Pedesaan: Lemah Geni

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun