Adagium dan Filosopi perkawinan yang paling terkenal adalah :
"Perkawinan mempersatukan dua orang menjadi satu atas dasar ikatan cinta"
Secara intrinsik ada dua makna penting tersirat dalam filosopi perkawinan tersebut, yaitu "Mempersatukan" dan "Cinta".
Kosa kata mempersatukan dalam memaknai perkawinan sering paradoksal, karena kata "mempersatukan" sering dipahami bahwa segala sesuatu diantara mereka, suami istri, pria dan perempuan, harus persis sama dan seragam satu sama lain.
Ekspektasi yang sangat besar terhadap terjadinya persamaan dalam segala hal ini sering menimbulkan kekecewaan berat disaat salah satu diantara pasangan berperilaku tidak sesuai dengan harapan dan keinginan pasangannya.
Hal itu sering terjadi, dan lajim diungkapkan dengan frasa "tidak ada kecocokan". Â Maka terjadi perceraian.
Padahal sudah merupakan kodrat manusia satu sama lain saling berbeda, terutama perempuan dan pria. Justru karena adanya perbedaan itulah seorang pria dengan perempuan kawin. Terutama karena adanya perbedaan jenis kelamin.
Karena keunikan dan memang manusia itu paradoks, perbedaan antara pria dan wanita bukan sekedar berbeda dari sisi jenis kelamin, tetapi memiliki banyak perbedaan juga dalam aspek kerangka berpikir maupun cara berpikir atau karakter.
Masing-masing, pria dan perempuan, datang dengan latar belakang berbeda menjadi suami istri.Â
Ada perbedaan aspek biologis, pendidikan, budaya, ekonomi dan kehidupan sosial yang kemudian menimbulkan perbedaan karakter satu sama lain.Â
Perbedaan karakter inilah hal penting untuk dipahami sebagai dasar membina interaksi maupun komunikasi antara suami dan istri dalam sebuah perkawinan.