Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

EQ Soft Skill Karyawan di Tengah Tren Artificial Intellegence agar Karir Sukses

25 Februari 2023   16:45 Diperbarui: 25 Februari 2023   16:53 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Worklife atau dunia kerja merupakan ruang paling paling telak jadi sasaran utama lahirnya platform Artificial Intellegence atau kecerdasan buatan. Karena komputerisasi yang akan mengandalkan artificial intellegence diciftakan dan didesain untuk membantu pekerjaan, dan untuk menggantikan peran manusia dalam melakukan suatu pekerjaan.

Saat ini teknologi informasi sudah memasuki fase artificial intellegence deep learning, yaitu teknologi komputer sudah mampu memiliki kecerdasan meniru manusia untuk belajar dan menganalisa, berkembang lebih maju dari sebelumnya hanya berbentuk Nero artificial intellegence dimana komputer beroperasi masih mengandalkan manusia menginput data dan memberikan perintah, artinya masih dibutuhkan manusia sebagai karyawan mengoperasikan komputer.

Pada fase artificial inttelegence deep learning saat ini, komputer sudah mampu belajar dan menganalisa data dan realita relatif masih membutuhkan manusia sebagai operator atau karyawan perusahaan. Peran karyawan dalam fase ini masih dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan di perusahaan.

Tetapi berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan penelitian serta pengembangan perangkat komputer, beberapa tahun ke depan diprediksi teknologi komputer akan memasuki fase "Kognitif Artificial Intellegence" yaitu suatu fase dimana komputer sudah bisa belajar dan menganalisa, serta sudah bisa bekerja secara otomatis tanpa bantuan manusia memberikan instruksi. Dan komputer sudah memiliki kecerdasan mendekati kecerdasan manusia, walau belum bisa sepenuhnya menyamai kecerdasan manusia, tetapi peranan perangkat komputer yang memiliki kemampuan kognitif artificial intellegence sudah mampu menggantikan manusia melaksanakan pekerjaan.

Pada tahap kognitif artificial intellegence ini jumlah karyawan di perusahaan akan berkurang dengan pertimbangan kepentingan efisiensi dan efektifitas pekerjaan. Tahap atau masa ini menimbulkan kekuatiran bagi sebagian besar kalangan karena dianggap menyingkirkan peran manusia, serta semakin sulit peluang memperoleh pekerjaan.

Namun sejauh pekerjaan itu memiliki hubungan atau relasi dengan manusia, kehadiran manusia sebagai karyawan perusahaan masih tetap dibutuhkan, karena pada essensinya manusia itu sangat membutuhkan bentuk relationship dengan sesama manusia, dan komputer diprediksi belum memiliki kemampuan untuk persis sama dengan kecerdasan manusia, yaitu khususnya kecerdasan emosi (emotional questions).

Itulah uniknya manusia tidak bisa disamakan dengan apapun, bahkan diantara sesama manusia juga tidak ada sama, sehingga manusia itu disebut dinamis, multidimensional dan paradoks, serta tidak bisa dipatok hanya dalam satu defenisi. Dan manusia tidak hanya memiliki kecerdasan kognitif, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional. Hal itu terjadi karena secara fisiologis otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu belahan otak kanan dan otak kiri.

Otak belahan kanan berkaitan dengan kemampuan kreatifitas, berimajinasi, seni, berpikir lateral dan kemampuan memahami perasaan diri sendiri maupun perasaan orang lain (emotional intellegence sebagai turunan emotional questions). 

Sedangkan belahan otak kiri lebih banyak berkaitan dengan memikirkan hal-hal analitis dan matematis atau kemampuan kognitif. Kecerdasan manusia dibagian inilah yang akan ditiru dalam kognitif artificial intellegence yang ditanamkan sebagai program atau platform komputer bertujuan menggantikan manusia melakukan suatu pekerjaan.

Sampai hari ini platform komputer belum mampu menduplikasi kecerdasan manusia yang berasal dari belahan otak sebelah kanan, yaitu khususnya tentang kecerdasan manusia dalam berinteraksi sosial, atau kemampuan manusia untuk memproyeksikan dirinya ke dalam diri orang lain untuk mengetahui persis apa yang sedang dirasakan oleh orang lain dan apa sebenarnya yang diinginkan oleh orang lain atau kemampuan berempati.

Kemampuan berempati inilah diperkirakan tidak akan mampu digantikan oleh apapun, dan kemampuan itu hanya dimiliki oleh manusia sebagai makhluk paling istimewa diantara semua ciftaan Allah. Oleh karena itu semaju apapun teknologi manusia masih akan tetap dibutuhkan, walau mungkin jumlahhnya tidak sebanyak sebelum ditemukannya artificial intellegence.

EMOTIONAL QUESTIONS (EQ)

Daniel Goleman mendefeniskan emotional question sebagai , wemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi kita sendiri, serta kemampuan mengidentifikasi, memahami dan mempengaruhi perasaan orang lain. Menurut Daniel Goleman apabila seseorang memiliki kecerdasan emosional yang baik, akan memberikan manfaat yang signifikan terhadap hidupnya, baik demi kebahgaian, kesejahteraan pribadi, kesuksesan dalam karir serta kesuksesan dalam membina hubungan dengan orang lain.

Daniel Goleman ada 5 (lima) kecerdasan emosional yang harus ditingkatkan untuk mencapai kesejahteraan hidup, terutama untuk meningkatkan kualitas hidup. Hal ini dapat diadopsi oleh karyawan agar sukses dalam pekerjaan dan meniti karir. Merupakan soft skill sangat dibutuhkan di tengah trend munculnya teknologi artificial intellegence.

1. SELF AWARENESS (Kesadaran Diri)

Kesadaran diri merupakan kecerdasan emosional paling utama, yaitu kemampuan mengenali emosi diri sendiri untuk mempengaruhi tindakan, suasana hati dan emosi dalam melakukan suatu pekerjaan dengan baik, serta merupakan emosi yang bisa di transmisikan maupun disalurkan kepada orang lain berbentuk emosi atau meningkatkan semangat serta gairah kerja.

Dengan menyadari emosi diri sendiri diharapkan seseorang dapat mengenali hal-hal yang dirasakan dan kemudian berperilaku sebagaimana mestinya.

2. SELF REGULATIONS (Regulasi Diri)

Yaitu kecerdasan diri atau kemampuan untuk dapat mengatur dan mengelola emosi diri dengan baik, dan mengekspresikan emosi tersebutdi waktu yang tepat. Sehingga seseorang sangat fleksibel dan mampu beradaftasi dengan baik terhadap keadaan maupun terhadap perubahan kondisi, serta mampu mengelola konflik dan meredakan situasi tegang.

3. KETERAMPILAN SOSIAL

Merupakan keterampilan berinteraksi dengan baik dengan orang lain, sehingga memungkinkan seseorang membangun hubungan yang bermakna dan harmonis dengan orang lain. Dalam hal ini termasuk juga dengan kecerdasan atau keterampilan mendengar secara aktif, berkomunikasi secara asertif, serta keterampilan kepemimpinan dan memiliki jiwa kepemimpinan dan memiliki kemampuan persuasif yang baik.

4. EMPATI

Kecerdasan ini berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan memahami perasaan orang lain, dan kemampuan memposisikan diri untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain dan kemampuan memberi sesuatu sesuai dengan perasaan dan keinginan orang lain, misalnya mampu bertindak dengan tepat saat orang lain gembira, sedih maupun sedang patah hati (demotivasi).  Kemampuan Empati sangat dibutuhkan dalam membina hubungan atau relasi dengan orang lain, dan sangat penting sebagai kekuatan mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain.

5. MOTIVASI

Kemampuan memotivasi diri sendiri maupun memotivasi orang lain merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam kesuksesan hidup, terutama dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Karena orang yang memiliki motivasi tinggi cenderung berkomitmen dan berinisiatif, serta memiliki keinginan kuat untuk berprestasi, senang menjalani proses dan selalu kretaif mencari cara terbaik untuk selalu lebih baik dalam pekerjaan.

Oleh karena itu didalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan orang yang memiliki kemampuan yang baik dalam memotivasi dirinya sendiri, selain sangat berguna terhadap dirinya sendiri, akan membawa pengaruh sangat besar terhadap lingkungan kerjanya, dengan demikian orang yang memiliki motivasi kuat akan menjadi asset berharga bagi sebuah organisasi atau perusahaan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun