Worklife atau dunia kerja merupakan ruang paling paling telak jadi sasaran utama lahirnya platform Artificial Intellegence atau kecerdasan buatan. Karena komputerisasi yang akan mengandalkan artificial intellegence diciftakan dan didesain untuk membantu pekerjaan, dan untuk menggantikan peran manusia dalam melakukan suatu pekerjaan.
Saat ini teknologi informasi sudah memasuki fase artificial intellegence deep learning, yaitu teknologi komputer sudah mampu memiliki kecerdasan meniru manusia untuk belajar dan menganalisa, berkembang lebih maju dari sebelumnya hanya berbentuk Nero artificial intellegence dimana komputer beroperasi masih mengandalkan manusia menginput data dan memberikan perintah, artinya masih dibutuhkan manusia sebagai karyawan mengoperasikan komputer.
Pada fase artificial inttelegence deep learning saat ini, komputer sudah mampu belajar dan menganalisa data dan realita relatif masih membutuhkan manusia sebagai operator atau karyawan perusahaan. Peran karyawan dalam fase ini masih dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan di perusahaan.
Tetapi berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan penelitian serta pengembangan perangkat komputer, beberapa tahun ke depan diprediksi teknologi komputer akan memasuki fase "Kognitif Artificial Intellegence" yaitu suatu fase dimana komputer sudah bisa belajar dan menganalisa, serta sudah bisa bekerja secara otomatis tanpa bantuan manusia memberikan instruksi. Dan komputer sudah memiliki kecerdasan mendekati kecerdasan manusia, walau belum bisa sepenuhnya menyamai kecerdasan manusia, tetapi peranan perangkat komputer yang memiliki kemampuan kognitif artificial intellegence sudah mampu menggantikan manusia melaksanakan pekerjaan.
Pada tahap kognitif artificial intellegence ini jumlah karyawan di perusahaan akan berkurang dengan pertimbangan kepentingan efisiensi dan efektifitas pekerjaan. Tahap atau masa ini menimbulkan kekuatiran bagi sebagian besar kalangan karena dianggap menyingkirkan peran manusia, serta semakin sulit peluang memperoleh pekerjaan.
Namun sejauh pekerjaan itu memiliki hubungan atau relasi dengan manusia, kehadiran manusia sebagai karyawan perusahaan masih tetap dibutuhkan, karena pada essensinya manusia itu sangat membutuhkan bentuk relationship dengan sesama manusia, dan komputer diprediksi belum memiliki kemampuan untuk persis sama dengan kecerdasan manusia, yaitu khususnya kecerdasan emosi (emotional questions).
Itulah uniknya manusia tidak bisa disamakan dengan apapun, bahkan diantara sesama manusia juga tidak ada sama, sehingga manusia itu disebut dinamis, multidimensional dan paradoks, serta tidak bisa dipatok hanya dalam satu defenisi. Dan manusia tidak hanya memiliki kecerdasan kognitif, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional. Hal itu terjadi karena secara fisiologis otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu belahan otak kanan dan otak kiri.
Otak belahan kanan berkaitan dengan kemampuan kreatifitas, berimajinasi, seni, berpikir lateral dan kemampuan memahami perasaan diri sendiri maupun perasaan orang lain (emotional intellegence sebagai turunan emotional questions).Â
Sedangkan belahan otak kiri lebih banyak berkaitan dengan memikirkan hal-hal analitis dan matematis atau kemampuan kognitif. Kecerdasan manusia dibagian inilah yang akan ditiru dalam kognitif artificial intellegence yang ditanamkan sebagai program atau platform komputer bertujuan menggantikan manusia melakukan suatu pekerjaan.
Sampai hari ini platform komputer belum mampu menduplikasi kecerdasan manusia yang berasal dari belahan otak sebelah kanan, yaitu khususnya tentang kecerdasan manusia dalam berinteraksi sosial, atau kemampuan manusia untuk memproyeksikan dirinya ke dalam diri orang lain untuk mengetahui persis apa yang sedang dirasakan oleh orang lain dan apa sebenarnya yang diinginkan oleh orang lain atau kemampuan berempati.