Bahkan kemudian Partai Golkar bukan hanya berhasil untuk survive, tetapi selalu berhasil sebagai bagian dari linngkaran kekuasaan siapapun itu presidennya, mirip seperti tagline iklan sebuah minuman saat itu yang berbunyi "Apapun makananya Minumannya Teh Sosro", sama dengan prinsif Golkar "Siapapun Presidennya Golkar tetap sebagai bagian kekuasaan". Artinya Golkar itu tidak punya DNA sebagai oposisi karena mempunyai paradigma "Tidak ke Mana-mana tetapi Ada di Mana-mana".
Jadi sangat naif jika mengharapkan Partai Golkar bisa ditarik-tarik oleh partai lain untuk masuk ke barisannya sesuai dengan keinginan partai yang ingin menariknya. Partai Golkar bukan demikian karakternya, karena Partai Golkar justru ingin sebagai aktor utama yang mewarnai formula politik yang ingin dimasukinya, bukan sebagai pihak yang mengekor tanpa harus jadi pihak yang ingin menentukan.
Saat Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai Nasdem maupun Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum PKB bertemu dengan Airlangga Hartarto Ketua Umum Partai Golkar banyak berseliweran narasi yang pada intinya mengatakan Partai Golkar diajak dan hendaknya ikut bergabung dengan Koalisi mereka, itulah semua bagaikan lelucon tak lucu dan menggelikan.
Justru yang perlu dilakukan sekarang adalah mencermati arah ke mana Partai Golkar mengayunkan langkahnya dalam mewarnai Pilpres 2024. Partai Golkar sejak melakukan perubahan paradigma pada tahun 1998 sudah menunjukkan karakternya sebagai partai yang ingin selalu berada di pusaran lingkaran kekuasaan,.
Oleh karena itu Partai Golkar akan selalu memilih jalan yang memungkinkannya untuk selalu berada di pihak pemenang.
Seandainya dalam Pilpres 2024 Partai Golkar tidak berkoalisi dengan koalisi partai calon pemenang dan memilih mengusung sendiri capresnya bersama koalisinya, partai Golkar tidak akan menunjukkan diri bertarung hadap-hadapan dengan partai lain, tetapi akan tetap bermain cantik, kalah menang perkara belakangan yang penting siapapun yang menang Partai Golkar ada didalamnya.
Untuk mewujudkan niatnya itu maka wajar Partai Golkar sampai saat ini masih nampak tidak latah dan santai aja memperlihatkan gerakannya, sebagai sebuah strategi mencermati arah perkembangan yang memberi kemungkinan bagi Partai Golkar tetap eksis merealisasikan keinginannya.Â
Padahal sebagai salah satu partai politik memiliki kursi banyak di parlemen Partai Golkar bisa saja dengan cepat-cepat bermanuver untuk jadi Leader maupun The King Maker dalam penentuan bentuk koalisi dan deklarasi Capres.Â
Hal itu tidak dilakukan partai Golkar karena mereka memang sudah biasa "ukur baju" terlebih dahulu sebelum bertanding, dan di atas semua itu Partai Golkar ingin tetap sebagai bandul, yaitu sebuah bola yang diikat oleh seutas tali tergantung di atap sehingga membuatnya bebas bergerak kencang kesana kemari dengan ritme teratur dalam arah yang tetap sama.
Bandul itu sebenarnya telah bergerak kesana ke kemari tetapi tidak nampak secara kasat mata, itu semua karena memang Partai Golkar sudah memiliki pengalaman panjang untuk bermain tidak "grasak grusuk" tapi berhasil menembak sasaran dengan tepat.
Jika pun Partai Golkar harus berkoalisi dengan parta-partai yang sudah pada sibuk saat ini, pada saatnya Partai Golkar akan tampil di lini terdepan mewarnai permainan, bukan sebaliknya jadi follower.Â