Jika pencalonan Muhaimin Iskandar dianggap tidak akan mampu memperoleh dukungan signifikan dari warga NU maka wajar Partai Gerindra maupun Prabowo Subianto berpikir ulang, bahkan boleh jadi membatalkan niat mempersunting Muhaimin Iskandar sebagai pasangan Prabowo Subianto.
Kalaupun Partai Gerindra masih tetap ingin melanjutkan koalisi dengan PKB sudah barang tentu akan memilih pigur yang dianggap lebih mampu sebagai representasi NU, baik dari internal PKB maupun langsung dari NU.
Dengan demikian, Muhaimin Iskandar sepertinya masih lama lagi memperoleh kepastian diterima atau tidak sebagai pasangan Prabowo Subianto.
Muhaimin Iskandar pun akan mencoba berbagai cara lain untuk mendesak Partai Gerindra memberi kepastian.
Jika hasil rekomendasi Ijtima Ulama yang kemarin pun dianggap belum ampuh, maka Muhaimin Iskandar pun kemungkinan akan melakukan manuver lain, misalnya lewat rencananya menyambangi Partai Golkar untuk bertemu sebagaimana yang dilakukan Surya Paloh Ketua Umum Partai Nasdem sebelumnya.
Semua itu semakin mempertontonkan sesungguhnya rencana-rencana koalisi yang telah ada saat ini masih "Fragile", rentan terpecah belah bagaikan gelas-gelas kaca.
Sudah barang tentu, pihak yang paling besar kemungkinan mengalami nasib buruk adalah Muhaimin Iskandar karena di tengah nasib yang terombang-ambing dibuat Prabowo Subianto, kini hasil rekomendasi Ijtima Ulama sedang dipertanyakan efektivitasnya.
Muhaimin Iskandar sendiri sedang dihadapkan kepada ujian sejauh mana sesungguhnya dirinya dapat dijadikan sebagai representasi NU ditengah semakin menonjolnya secara terang menderang hubungan tidak harmonis antara dia dengan NU.
Sebuah penantian dan ujian melelahkan ditengah berbagai manuver menakjubkan yang dilakukan Muhaimin Iskandar dalam menentukan nasib atau suratan tangan selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H