Investasi di ranah politik dan pemilihan umum adalah investasi beresiko tinggi (Hight Risk), hanya investor yang memiliki jiwa "gambling", berjudi yang mau melakukannya. Namun dalam bisnis adakalanya berlaku adagium bahwa bisnis yang beresiko tinggi justru memberi peluang keutungan sangat besar. Dan hanya orang yang memiliki kemampuan ber-spekulasi bisa melakukannya.
Orang bisnis yang mengandalkan spekulasi identik dengan pengusaha yang lahir dan tumbuh bukan dari nol, tetapi berkembang juga karena faktor keberuntungan. Keberuntungan itu pun diperoleh dari pilihan berlindung dibawah ketiak penguasa dan elit politik melalui cara mempengaruhi elit penguasa agar mendesain kebijakan yang menguntungkan dirinya. Artinya keberuntungan yang diperoleh dari hasil akal-akalan jahat, bukan "pure lucky".Â
Pengusaha dan politisi yang mengandalkan kekuasan dan kebijakan politik sedang menghantui kita lewat Pilpres 2024. Baik atau buruk praktek itu, ada baiknya kita memalingkan pemikiran kita ke pengalaman buruk yang diakibatkan perselingkuhan pengusaha dan penguasa di masa lalu, beberapa kasus viral diantaranya misalnya kasus bank Century dan Bank Bali. Itu baru sedikit diantara sekian banyak kasus yang sama. Atau cerita menarik yang baru saja berlalu, yaitu hebohnya pembubaran Petral ( Pertamina Energy Trading Limited) yang kemudian muncul China Sonangol mengintai gurihnya bisnis Migas.Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H