Kini kita tengah hidup di zaman perputaran hidup sangat dinamis, tingkat persaingan sangat tinggi sehingga dibutuhkan keunggulan komperatif dalam berkompetisi sesuai turbelensi mekanisme pasar.
Semua orang dituntut untuk kerja keras karena ada persaingan ketat, kesibukan dan jam kerja panjang ada kalanya membuat sebagian orang merasa tidak nyaman untuk membina sebuah keluarga, laki-laki maupun perempuan di usia produktif jadi enggan berhubungan seks. Lelah dan stres akibat aktivitas pekerjaan yang padat juga berakibat pada menurunnya gairah seksual.
Untuk menikah diperlukan biaya yang tinggi, demikian juga jika sudah memiliki anak butuh dana besar sehingga orang yang pendapatannya rendah, atau tidak bekerja, cenderung memilih tidak menikah. Sehingga makin banyak orang merasa nyaman hidup sendiri. Menurunnya daya tarik pernikahan menyebabkan lebih sedikit orang berhubungan seks.
Berdasarkan penelitian, umumnya orang enggan menikah dan berhubungan seks karena alasan terlalu sibuk dan degradasi makna perkawinan.
Terlalu sibuk merupakan salah satu faktor menimbulkan resesi seks. Rutinitas sangat padat karena kesibukan bekerja menyebabkan orang tidak memikirkan hubungan romantis dan memilih melajang, dan fokus pada karier.
Selain alasan sibuk, ada muncul pandangan minus terhadap perkawinan atau degradasi makna perkawinan. Ada kecenderungan muncul persepsi tidak percaya pada pernikahan, malah ada muncul pendapat mengatakan tidak perlu jatuh cinta, dan mengatakan bahwa mereka tidak pernah jatuh cinta.
Hal ini bisa terjadi karena pengalaman traumatis, atau melihat kehidupan rumah tangga tidak harmonis.
EGG FREEZING
Akibat adanya fenomena resesi seks, beberapa negara seperti AS, China, Jepang, Korea Selatan dan Singapura, mengizinkan wanita sehat untuk melakukan egg freezing atau pembekuan sel telur.
Seiring bertambahnya usia, kualitas dan jumlah sel telur seorang wanita akan berkurang, sehingga usia ideal untuk hamil yang disarankan adalah usia 20-35 tahun.
Wanita yang berusia di atas 35 tahun dikhawatirkan memiliki kualitas dan jumlah sel telur yang sudah menurun. Ini akan meningkatkan risiko sulit hamil dan kelahiran anak dengan cacat bawaan.