Menurut Andre Rochais, jati diri manusia ada di kedalaman batinnya dan bukan di akal budi (Lacomere, Pierre, 1997:74).Â
Oleh karena itu, olah rasa merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pendidikan kita. Terlalu mengidolakan aspek akademik (olah pikir), dan mengabaikan olah rasa, merupakan suatu ketidakseimbangan dalam pendidikan.
Sekolah perlu memperhatikan hal ini dengan cara membuat kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan olah rasa. Salah satu contoh adalah dengan kegiatan ektrakurikurikuler seni. Olah rasa kadang digunakan dalam berbagai ilmu seni seperti teater, tari maupun musik.
Olah rasa juga dapat dilakukan dengan menggunakan stimulus berupa lagu atau instrumen tertentu. Hal ini mungkin belum banyak dipraktekan di sekolah-sekolah.Â
Dari awal masuk gerbang sekolah, sampai pada akhir pelajaran dan kembali ke rumah, semua sibuk dengan aktivitas masing-masing, selalu ada yang berbicara dan ada yang mendengarkan pembicaraan.Â
Tidak ada waktu sejenak pun siswa diberi kesempatan untuk hening, berefleksi, mengalami pengendapan atas pelajaran yang telah diterima.Â
Para psikolog berpendapat bahwa meluangkan waktu hening, dan bila mungkin diiringi intrumen, dapat melatih olah rasa seseorang, juga dapat meningkatkan kepekaan diri, konsentrasi, penguasaan gestur dan imajinasi.
Referensi: Kusbiantoro, Paulus Teguh. 2023. Psikologi Pegenalan Diri. Malang: Karmelindo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI