Bencana: Gugat Siapa?
Dewasa ini, bencana alam terjadi di mana-mana. Kejadian yang merugikan banyak harta benda bahkan mengorbankan nyawa manusia tersebut dapat berupa gempa bumi, tanah longsor, banjir badang, letusan gunung berapi dan lain-lain. Dalam menghadapi realitas ini banyak orang mulai mempertanyakan, mempersoalkan, menggugat dan mempersalahkan salah satu unsur dalam rangkaian triade di atas. Orang mulai mempersoalkan keberadaan alam yang dianggapnya sebagai sahabat. Peranan Allah sebagai Pencipta dan Penyelamat semakin diragukan. Tak luput pula manusia pun mulai saling mempersalahkan.
Ketika terjadi bencana, orang mulai bertanya, apakah ini merupakan bentuk gugatan dari alam yang mengamuk karena tidak tahan lagi dieksploitasi, disakiti, dihancurkan. Ataukah hal ini merupakan bentuk gugatan dari Sang Pencipta, karena melihat umat-Nya yang semakin menjerumuskan diri dalam spiral dosa.Â
Dalam pemikiran seperti ini manusia pun sebenarnya sedang menggugat dirinya sebagai yang telah berdosa dan telah merusak alam kehidupannya. Di samping itu tidak sedikit orang mulai mempertanyakan eksistensi Allah. Orang lalu mempersoalkan atau menggugat serta meragukan keberadaan Allah yang menjadi tumpuan hidup mereka. Banyak yang mulai mempertanyakan peran Allah sebagai Penyelamat dan Maha Cinta.
Pada intinya, ketika manusia dihadapkan dengan suatu bencana orang mulai saling mempersalahkan. Untuk itu kita perlu mengetahui terlebih dahulu jenis dari bencana alam tersebut, agar kita tidak secara serta merta saling menggugat, saling mempersalahkan. Bencana alam dapat  diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
Pertama;Â terjadi karena ada perubaan yang drastis sebagai bagian dari proses alam secara natural yakni perubahan dari orde menuju disorde atau sebaliknya.Â
Orde adalah keteraturan yang terjadi sebagai proses atau puncak dari disorde.Terhadap perubahan seperti ini kita sebenarnya tidak dapat mengatakan bahwa hal ini sebagai suatu kerusakan. Gempa bumi, letusan gunung berapi adalah proses natural biasa, meskipun akibatnya adalah kerusakan bahkan kematian.
Whiteheard yang dipengaruhi oleh Darwin dan yang jauh sebelumnya telah dipikirkan oleh A. Comte, melihat alam dunia sebagai proses yang ditandai dengan perubahan berdasarkan aliran waktu dan kegiatan. Dunia sebagai proses bersifat organis dan dinamis. Alam dunia terus berubah dalam waktu, maka ia mengandung proses menjadi yang terus menerus. Hidup dan mati, bonum dan malum, generasi dan regenerasi selalu terjadi silih berganti. Semuanya adalah suatu peralihan dari orde ke disorde.
Kedua;Â kerusakan alam yang terjadi karena ulah manusia yang tidak bertanggungjawab.Â
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, sikap individual dan sikap eksploratif adalah penyebab dari kerusakan ini. Hal ini tidak terjadi secara alamiah melainkan karena ulah manusia yang melihat dirinya sebagai penguasa atas alam. Banjir, tanah longsor, panas global (global warming), yang terjadi merupakan akibat dari perbuatan manusia yang terus membakar hutan, menebang pohon, mengeksploitasi alam yang ada.
Manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan satu sama lain. Alam ada untuk manusia dan sebaliknya manusia mempunyai tugas untuk merawat atau melestarikan alam lingkungannya. Dengan adanya alam semesta, manusia menyadari bahwa mesti ada yang mengadakan apa yang telah ada. Keberadaan Sang Pengada dapat tercermin melalui semua hasil ciptaan-Nya tanpa kecuali.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!