Maka yang perlu diperhatikan adalah soal komunikasi yang baik untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya menggunakan jilbab. Titik persoalannya adalah adanya "pemaksaan".
Di lain pihak, apabila seorang guru muslim memaksa siswa non-muslim mengenakan jilbab, maka akan dapat menimbulkan konflik antar agama.Â
Sayang sekali jika kasus seperti ini masih tetap terjadi di negara yang mengakui keragaman agama dan menjamin kebebasan bagi setiap warganya untuk mengekspresikan imannya sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Justru yang harus digaungkan saat ini adalah model pendidikan yang ingin memperkuat moderasi beragama melalui pembentukan sikap, perilaku, dan cara pandang yang baik. Siswa perlu didik untuk bertindak adil, memiliki sikap toleran, tidak ekstrim dalam beragama dan menghindari paham radikalisme.
Bolekah Siswa Tidak Berseragam ke Sekolah?
Ada beberapa pertimbangan mengapa sekolah-sekolah formal di negara kita mewajibkan para siswa untuk mengenakan seragam ketika mengikuti KBM di sekolah.Â
Alasan dan pertimbangan nilai-nilai positif yang dapat diperoleh jika siswa mengenakan seragam ke sekolah antara lain adalah:
Pertama, dapat membedakan jenjang pendidikan. Dengan melihat seragam sekolah, seseorang dengan mudah membedakan apakah siswa tersebut berada ditingkat SD, SMP atau SMA.
Kedua, melatih kedisiplinan siswa. Kedisiplinan siswa dapat dilatih dengan membiasakan siswa dalam mengenakan seragam dan atribut sekolah.
Ketiga, meningkatkan rasa persatuan. Ketika bersama-sama menggunakan seragam, para siswa akan merasa berada dalam satu kelompok atau jenjang tertentu. Misalnya, kalau mengenakan seragam putih-merah berarti sama-sama SD, walaupun berasal dari sekolah yang berbeda.
Keempat, identitas sekolah. Selain seragam nasional, sekolah juga memiliki seragam atau atribut khusus yang menunjukkan kekhasan masing-masing sekolah. Hal ini bisa dengan muda orang membedakan indentitas sekolah dari siswa. Selain itu dapat memupuk rasa bangga dan cinta terhadap almamater.