Strategi untuk membangun sense of agency yang mudah dilakukan adalah mendesain pembelajaran yang memotivasi kemampuan berpikir divergen; atau lebih tepatnya metode berpikir convergent-divergent dan divergent-convergent secara taktis.
Tantangannya tentu ada pada guru dalam mendesain skenario akses sedemikian rupa sehingga siswa mampu masuk ke dalam metode berpikir seperti yang dimaksud. Tantangan tersebut berupa konten dan pedagogis; konten berarti penguasaan dan pemahaman yang baik atas materi pembelajaran, dan pedagogis berarti pengelolaan dan eksekusi satuan prosedur untuk mengusung penguasaan konten pada siswa.
Kendala akses ketiga, ketika tidak diperoleh model
Sebuah model merupakan gambaran tentang suatu entitas atau realitas yang dipandang paling representatif dari sehimpunan kasus-kasus yang ditentukan. Misalnya, sebuah model tentang teks deskriptif, lisan atau tulisan (untuk contoh kasus kita ambil yang tulisan).
Dari tujuannya, teks jenis ini ingin menggambarkan suatu obyek secara detail sedemikian rupa sehingga pembaca dapat menangkap citra tentang obyek tersebut perinci sebagaimana digambarkan. Namun hal ini dilakukan dalam waktu dan tempat yang serba terbatas, katakanlah dalam 100-200 kata (tanpa modalitas visual atau apa pun yang lain, murni dalam dimensi kata) yang pembaca selesai menyimaknya dalam waktu kurang lebih 5 menit dengan hasil paripurna. Maksudnya, gambaran yang ada dalam pikiran pembaca sebisa mungkin persis menyerupai gambaran yang ada dalam pikiran penulis.
Dengan keterbatasan modalitas dan waktu maka diperlukan model yang tepat untuk keperluan ini. Berbeda bila situasinya here-now dan serba "mewah"; misalnya, barangnya bisa dihadirkan, siswa bisa berinteraksi dengan barang, terdapat perangkat audio-visual multiple dimensi, waktu luang yang banyak untuk mengeksplorasi, siswa telah sering melihat barang tersebut, dll. (biasanya sekolah-sekolah tertentu yang serba lengkap media centernya memiliki kemewahan ini dan sanggup menghadirkan obyek sehingga dimensi-dimensi yang diperlukan dapat diinderai secara rinci; tapi kebanyakan sekolah tidak demikian). Maka dapat dipastikan tanpa memperhatikan kaidah-kaidah model teks yang sesuai hampir pasti tujuan menggambarkan obyek tidak tercapai dengan baik.
Teks deskriptif banyak digunakan oleh guru dan mahasiswa PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) untuk mempraktekkan ilmu mengajar, sesuai dengan tuntutan konten materi. Penulis sering menjumpai, teks yang tampak sepele ini ternyata tidak semudah yang dibayangkan dalam kenyataan di lapangan, terlebih dalam konteks pedagogi formal.
Dari pengamatan kesulitan bisa terletak pada empat tempat: 1) ketidak-siapan siswa untuk belajar jenis kemampuan ini dari segi entry level dan schemata; 2) penguasaan genre yang lemah pada sisi pengajar; 3) ketidak-sesuaian pemahaman model antara siswa dan pengajar; dan 4) pemilihan contoh teks yang tidak tepat (tidak memenuhi kaidah model teks deskriptif yang baik) untuk mengilustrasikan materi.
Kesulitan yang inheren dan khas untuk memahami sebuah model (misalnya deskripsi sebuah obyek) juga bisa terletak pada sub-sub deskripsi yang membentuk features tersendiri yang menjadikannya sub-model terpisah. Misalnya, gambaran kucing. Sebelum tiba pada penggambaran kucing tertentu biasanya  deskripsi merujuk pada sub-sub model pembentuk entitas kucing pada umumnya yang serba khas (yang lebih bersifat report genre); misalnya, mata, telinga, kumis, bulu, ukuran, dll; kemudian model kucing yang bersifat umum.
Sekedar berbagi, penulis sendiri pernah mengalami kesulitan memahami pengertian quantum leap karena deskripsi yang lemah. Yang muncul di pikiran ketika awal mula mendengar istilah tersebut adalah katak yang bisa melompat jauh sekali jejak (leap); atau panther yang berlari kencang dengan lompatan-lompatan panjang dan cepat. Jadi yang muncul pertama dalam pikiran adalah "conceptual model of leap".
Kesulitan berikutnya adalah pengertian kuantum. Dalam bayangan penulis, di mana kuantumnya si katak ini? Yang sudah dipahami adalah bahwa kuantum artinya hitungan dalam satuan-satuan. Terkait quantum leap, yang sedang dipelajari adalah tentang atom; bayangan tentang atom adalah ledakan di Hiroshima dan Nagasaki. Adakah hubungan antara loncatan katak dengan ledakan atom seperti di Hiroshima? Bagi penulis yang lugu ini, perlu gambaran yang jelas dan gampang dimengerti tentang quantum ini, dan harus ketemu modelnya, baru kemudian mengerti apa itu quantum leap.