Secara fisik akses biasanya didefinisikan dalam konteks mobility (gerakan) dan connectivity (interaksi). Mobility terjadi secara fisik dalam frame ruang (dan waktu), spatio-temporal; sedangkan connectivity adalah hubungan (engagement matter of fact) yang terjadi baik real maupun virtual karena efek fungsioanl media platform.
Dalam unggahan sebagaimana tercantum pada Buku Panduan Merdeka Belajar -- Kampus Merdeka, yang diedarkan dalam lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020 dan sampai ke meja para dosen dan guru, Mendikbud Nadiem A. Makarim sendiri menyatakan "Kemerdekaan belajar memberi kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan, dan merdeka dari birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi yang berbelit serta mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih bidang yang mereka sukai."
Artikel ini memandang pernyataan Menteri Nadiem mengandung poin-poin penting yang mengusung pikiran di antaranya bahwa proses belajar pada dasarnya adalah proses "to gain access"; sementara pendidikan adalah prosess "to provide access"; dan pada saat yang sama sekolah (kampus) berperan "to enable access".
Bukan berarti bahwa pendidikan adalah anti-birokrasi, namun pendidikan memerlukan sistem birokrasi yang paling efisien, dalam arti mampu mengerahkan apa pun yang diperlukan untuk memfasilitasi akses.
Maka dalam kaitan Industri 4 sebagai contoh kasus model kompetensi Pendidikan Merdeka Belajar yang diusung Menteri Nadiem mengemban peran "to provide an access to the knowledge and experiences in terms of system of the ways and tools of doing". Dalam konteks akses guru memiliki fungsi sebagai access designer yang efisien, yakni designer of access to competency model, dan siswa (mahasiswa) memilih design model kompetensi sesuai minat dan bakatnya.
Dalam pengertian ini, misalnya, terkait pengetahuan (knowledge), guru menjadi access to knowledge model designer; terkait keterampilan (skill), guru menjadi access to skill model designer; dan terkait sikap (attitude), guru menjadi access to attitude model designer.
Berkaitan dengan hal itu, sekolah (kampus) sebagai lingkungan belajar, menjadi access enabler. Bersama dengan media (print, digital) sekolah (kampus) berfungsi memastikan siswa memperoleh akses maksimal terhadap model-model yang dirancang para guru.
Bergandengan dengan peran guru sebagai access designer, kepemimpinan pendidikan lebih bersifat instruksional (pedagogis) tinimbang administratif-birokratis, terlebih administratif-birokratis yang mempersulit akses--kepemimpinan pendidikan Merdeka Belajar adalah kepemimpinan yang menciptakan system to provide and enable access.
Konsep Akses Pendidikan Merdeka Belajar memusatkan semua kegiatan pada satu misi: to provide and enable access. Dengan demikian program-program Merdeka Belajar adalah satuan-satuan pendukung misi akses, apa pun itu definisinya sesuai usungan program.
*) ("Lima Episode" Merdeka Belajar (Bagian 3, Habis))
Ditulis oleh: Sudarsono M.I.