Malam yang Mengubah Pandangan
Peristiwa sangat mendalam terjadi pada malam hari kedua, sekitar pukul sepuluh. Pada hari kedua, setelah makan malam, para santri menyiapkan penyambutan untuk para Kanisian. Setelah acara penyambutan yang hangat berupa beberapa penampilan seni, para Kanisian diajak duduk bersama di sebuah ruangan sederhana. Ruangan itu lokasinya cukup terpencil, dan para Kanisian sempat merasa cemas.Â
Tetapi, di dalam ruangan itu sudah dihidangkan martabak coklat dan minuman jahe hangat, kombinasi kudapan surgawi. Para santri ternyata mengajak untuk berbincang-bincang bersama. Perbincangan itu berlangsung santai, namun penuh dengan makna mendalam.
Topik-topik yang dibahas sangat beragam, mulai dari pengalaman mereka sebagai santri, tantangan yang mereka hadapi, hingga pandangan mereka tentang hidup berdampingan dengan orang-orang yang berbeda iman. Penulis merasakan sendiri betapa hangat dan terbukanya mereka dalam menerima para Kanisian. Tidak ada sikap menghakimi, hanya dialog yang tulus dan rasa ingin tahu yang besar.
 Situasi di ruangan tersebut cocok digambarkan sebagai suatu oase di tengah dunia yang sering kali terpecah belah oleh perbedaan. Malam itu, semua orang di ruangan tersebut menyadari bahwa meski masing-masing berasal dari latar belakang berbeda, ada banyak kesamaan bersama: harapan akan  masa depan yang lebih baik, impian untuk hidup damai, dan keinginan untuk saling memahami.
Secara keseluruhan, penulis menganggap momen yang paling berkesan adalah momen ketika melakukan bincang-bincang santai dengan para santri. Dalam diskusi tersebut, penulis, teman-teman penulis, dan para santri saling bertukar cerita tentang latar belakang masing-masing. Obrolan tersebut menyadarkan penulis bahwa sebenarnya sangat mudah untuk orang-orang hidup rukun walau dengan perbedaan.
Belajar dari Perbedaan
Dialog dengan para santri membuat penulis merenungkan betapa pentingnya membuka diri terhadap perspektif lain. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang ada prasangka atau ketakutan yang tak beralasan terhadap yang berbeda dari kita. Namun, pengalaman di pondok pesantren tersebut menunjukkan bahwa keberagaman bukanlah ancaman, melainkan peluang untuk belajar dan tumbuh bersama. (1)Â
Para santri, dengan segala kesederhanaannya, mengajarkan penulis bahwa perbedaan bisa menjadi kekuatan jika kita mau meluangkan waktu untuk memahami satu sama lain. Melalui kesederhanaan dalam gaya hidup mereka, mereka menunjukkan bahwa nilai-nilai seperti toleransi, kerja keras, dan keikhlasan adalah fondasi untuk menciptakan kondisi masyarakat yang harmonis.
Menatap Masa Depan dengan Optimisme
Ekskursi ini meninggalkan kesan mendalam yang sulit dilupakan. Sebelumnya, berdasarkan cerita dari kakak-kakak kelas sebelumnya, ada stigma bahwa kegiatan ekskursi kurang menyenangkan.Â
Tetapi, stigma tersebut terpatahkan oleh cara kami diterima di Pondok Pesantren Kebon Jambu Ekskursi dapat dikatakan sebagai suatu  perjalanan batin yang memperkaya wawasan penulis tentang keberagaman.Â
Penulis meyakini bahwa jika semua orang mendapatkan kesempatan emas seperti ini---bertemu, berdialog, dan belajar dari orang-orang yang memiliki perbedaan iman---maka dunia ini akan menjadi tempat yang lebih damai dan penuh pengertian. Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab untuk menjembatani perbedaan, bukan membangun dinding pemisah.