Mohon tunggu...
darwinarya
darwinarya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer Specialized Hotels and Resorts

Travel Enthusiast. Hospitality Photography Junkie

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Secercah Jingga di Pantai Kedonganan

10 Maret 2016   19:29 Diperbarui: 19 Oktober 2016   15:44 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang tak kalah menariknya lagi, di sana juga ada penjaja jagung bakar! Mereka berjualan dengan menggunakan gerobak dorong sederhana. Bentuknya mirip tukang sate. Hanya saja, tak ada bagian atapnya. Pemandangan itu jelas agak kontras menurut saya. Satu jagung bakar dihargai Rp 10 ribu.

Di ujung sana, saya juga bisa menyaksikan pesawat tengah lepas landas maupun mendarat. Sementara pada jalur taxi holding position, terdapat antrian sejumlah pesawat dari berbagai maskapai. Menunggu jatah take-off clearance dari petugas Air Traffic Controller.

Banyak hal yang bisa dilihat di daerah ini. Jadi tidak hanya melulu pantai dan deburan ombaknya semata.

[caption caption="Cover Depan Sea Side Cafe / dap"]

[/caption]Puas merekam segala keindahan dan suasana pesisir pantai, saya kembali membuka-buka halaman menu. Kedua mata saya langsung mendelik begitu membaca keterangan pada cover bagian bawah. “Kedonganan Beach, Kuta, Bali”. Lho? Di sini bukan pantai Jimbaran?! Waduh?! Gimana nih jelasin ke Mba Ita-nya? Udah terlanjur pesan makanan juga? Dan saya memilih diam sembari cengar-cengir merasa tak enak hati.


Beli Pemandangan, Bukan Cita Rasa

[caption caption="Tiga Gadis Asal Jepang / photo by: Asita DK"]

[/caption]Tiga gadis remaja berparas Asia duduk manis di seberang meja yang kami tempati. Ketiganya terlihat kompak mengenakan busana pantai warna hitam tanpa lengan. Membiarkan bagian pundaknya terbuka. Salah satunya bahkan memakai pakaian dengan potongan cukup ‘aduhai’. Dari aksennya, besar kemungkinan mereka berasal dari negeri sakura, Jepang.

Pastilah ada setitik keinginan ikut nimbrung di meja mereka. Sekedar berkenalan dan ngobrol singkat. Namun niatan itu saya urungkan. Terpaan angin pantai secara terus-menerus membuat saya terserang flu dan bersin-bersin. Malu dong setor muka dengan kondisi hidung meler-meler? Cepat-cepat saya kenakan jaket biar kondisi tak semakin drop. Dalam hati saya membatin, “Makan apa sih mereka bisa tahan angin laut?”.

Restoran di kawasan ini tampaknya paham betul cara menata meja sehingga tampak apik. Saya menemukan adanya meja yang diatur memanjang. Kapasitasnya mungkin sekitar 50-an orang. Terdapat deretan buah kelapa yang bagian atasnya diberi sedotan. Ada juga air minum kemasan ukuran 500ml. Saya menduga, restoran itu pasti kedangan tamu dalam jumlah besar. Dan benar lah tebakan saya. Rombongan asal Taiwan datang, menempati meja panjang tersebut.

[caption caption="Meja Khusus Rombongan / dap"]

[/caption]Ada satu meja yang posisinya terpisah dari meja lain. Paling depan sendiri. Meja ini didekorasi secantik mungkin. Khusus couple gitu temanya. Wah, ini pasti tamu yang lagi berbulan madu. Bayangan saya sudah yang mesra-mesra gitu. Saling tatap-tatapan, suap-suapan, cekikikan genit gak jelas dan lain sebagainya. Namun, apa yang saya imajinasikan ternyata berbeda jauh dengan kenyataan. Sewaktu meja itu ditempati, pasangan tersebut justru asik mengutak-atik perangkat gawai masing-masing. Saling ‘mengheningkan cipta’ dengan kepala tertunduk memperhatikan layar smartphone.

Bagaimana soal cita rasa hidangan? Kali itu Mba Ita memesan sup jagung, sup ikan dan ikan bakar. Rasa sup jagungnya, menurut lidah saya, terasa biasa. Banyak tambahan air. Begitu pula dengan ikan bakarnya. Bumbunya terasa standar. Tak ada yang istimewa. Yang enak, justru terletak pada sup ikannya. Tekstur dagingnya lembut dan rasa kuahnya terasa gurih serta asin. Ada sedikit jejak rasa rempah di dalamnya.

[caption caption="Hidangan Kami Ketika Itu / dap"]

[/caption]Adapun rincian label harga, ikan dibanderol Rp 180 ribu/kg, cumi Rp 250 ribu/kg, udang Rp 400 ribu/kg dan Lobster Rp 800 ribu/kg. Nilainya cukup fantastis, memang. Mengingat area ini masuk kawasan destinasi wisata favorit. Soal rasa, sebetulnya tak jauh beda seperti rumah makan yang menyajikan hidangan seafood pada umumnya.

Antara Pantai Jimbaran dan Kedonganan sebetulnya sama. Statusnya masih 'tetanggaan'. Keduanya sama-sama memiliki keindahan pantai yang menakjubkan dan menawarkan malam malam di tepi pantai. Bagi mereka yang ingin menikmati suasana romantis, tempat ini amat rekomendasi. Yang perlu diwaspadai adalah angin lautnya yang terkadang kurang 'ramah'. Tergantung cuaca juga sih. Untuk mengantisipasinya, ada baiknya membawa jaket atau syal. Gak lucu kan, niatnya pengen bermesraan tapi habis itu kerokan di kamar hotel gara-gara masuk angin? Seperti yang telah saya utarakan sebelumnya, soal pemandangan mungkin dapet. Tapi cita rasa cenderung standar. Bahkan bisa jadi tempat makan langganan kamu jauh lebih nikmat ketimbang hidangan di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun