Mohon tunggu...
darwinarya
darwinarya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer Specialized Hotels and Resorts

Travel Enthusiast. Hospitality Photography Junkie

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Cobaan Berat Jurnalis Online dan Cetak Indonesia

3 Januari 2016   01:05 Diperbarui: 3 Januari 2016   08:06 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atas kecanggihan gadget juga, jurnalis online bisa meminta keterangan narasumber tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. Semisal pejabat yang ingin diwawancarai sedang berada di luar negeri, masa iya harus menunggunya sampai tiba di tanah air? Bisa kalah cepat dengan media lain kalau begitu caranya.

Intinya adalah, peran teknologi serta kemudahan akses dalam peliputan berita, telah banyak membantu dan mengubah dunia jurnalistik Indonesia jaman sekarang.

Walau demikian, media online juga harus banyak mengkoreksi diri. Jangan hanya fokus pada kecepatan semata. Keakuratan informasi justru dikorbankan. Cukuplah Tribun Surabaya saja yang termakan ‘jebakan betmen’.

Keterpurukan Media Cetak

Tulisan Bre Redana berjudul “Inikah Senjakala Kami” bisa jadi dipicu oleh banyaknya kantor berita yang gulung tikar akhir-akhir ini. Keputusan itu terpaksa diambil lantaran tak sanggup menanggung biaya produksi dan tenaga kerja.

Wartawan cetak pun terkena imbasnya. Bolaperjuangan menulis, sebanyak 18 karyawan Kompas Gramedia terkena PHK secara sepihak. Sementara 3 staf KompasTV, M. Iqbal Syadzali, Fadhila Ramadhona dan Rian Suryalibrata, dipaksa mengundurkan diri dari tempat mereka bekerja.

Runtuhnya media cetak, sebetulnya sudah lama diprediksi. Sejak meledaknya era digital dibarengi kecanggihan teknologi. Apa yang ditakutkan selama ini menjadi kenyataan. Kebiasaan membaca berita mulai bergeser dari versi cetak ke online.

Jangankan media nasional, media asing sebesar The New York Times dan The Washington Post, sudah diterjang badai kekalutan lebih dulu.

Coba anda tonton film dokumenter, “Page One: Inside The New York Times (2011)

Akhir tahun 2009, NYTimes merumahkan pegawai newsroom sebanyak 100 orang. Bill Keller, Executive Editor NYTimes (periode 2003 - 2011), mengatakan hal ini pada menit ke-42:

We are not a specialized newspaper, we're a general interest newspaper. And we try to be excellent at everything from foreign coverage, to education coverage, to arts, to sports. You know, we're large, but there's not a lot of slack in the system

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun