Sejak semalam, kau telah disambut dengan riang dan gembira. Diiringi bacaan salawat dan kisah tentang para pemuda yang dilindungi Tuhannya.
Pagi tadi, kutemukan senyummu dalam bening embun yang berterbangan dan menempel pada hijau daun-daun.
Dan siang ini, kutemukan indahmu pada wajah para lelaki yang bersih-berseri-seri dan pada senyum ceria anak-anak setelah memasukkan infaq ke kotak amal yang berjalan menghampirinya.
(2017)
Ujian Dalam Secangkir Kopi
Sambil terus mencoba menulis puisi, aku menyesap kopi yang baru saja kubikin.
"Duh Gusti, siang ini kopi terasa nikmat sekali." Batinku mensyukuri rasa kopi.
Tak lama kemudian, suara azan salat Jumat berkumandang, memanggilku untuk segera datang.
Sejenak aku masih hanyut dalam rasa kopi. Tapi semakin lama suara azan terdengar semakin menjadi-jadi, saling susul dan bersahutan. Seolah tahu kalau pendengaranku terkadang membandel dan sering mencoba mengabaikan.
"Tidak Jumatan sekali-kali kan tak mengapa. Menikmati kopi siang-siang begini pasti akan membuatmu banyak menghasilkan puisi-puisi." kata kopi membujukku.
Aku nyengir kuda.