Mungkin, kau memang tak pernah benar-benar menjual koran-koran itu. Sebab kau hanya sedang ingin melihat anak cucumu berlarian dan berpacu saling mendahului tanpa sudi menoleh kanan dan kiri. Kau hanya ingin menyaksikan kebahagiaan mereka setelah menjadi manusia dewasa, penduduk kota.
Mungkin, kau memang tak pernah menjual koran-koran itu. Apalagi di malam hari seperti ini. Sebab kau percaya, setiap hari seperti halnya malam ini kau hanya sedang menjalankan titah dari Ia yang Maha Kaya:
    agar tetap berusaha
    sekuat tenaga
    sampai mati
    dan dilupakan.
2017
Kalimat Pertama
Melalui perantaraanmu aku berharap mereka mampu memahami maksudku.
Di pundakmu kusandarkan takdir cerita-ceritaku. Akan abadikah atau justru musnah tanpa bekas. Akan sampai ke hatikah, atau justru mental lalu menguar ke alam bebas.
Kau laksana pintu yang akan membawaku memasuki ruang-ruang rahasia di dalam kepala. Kau bagai mantra, yang akan membius kesadaran orang-orang hingga paling dasar.
Kau laksana tongkat. Akan selalu menuntunku yang buta; dalam pengembaraanku di rimba kata, menemukan mereka (yang mungkin sedang) rindu dengan cerita dari orang-orang lebih banyak diam dalam hidupnya.
Maka hari ini anak hatiku, kubangunkan engkau dari tidur panjangmu. Temuilah mereka dengan wajah penuh cinta.
2017