Coding telah menjadi keterampilan yang semakin penting dimana teknologi digital merambah semua aspek kehidupan saat ini. Banyak orang tua yang mulai mempertimbangkan untuk mengajarkan coding kepada anak-anak mereka sejak usia dini. Namun, apakah coding benar-benar perlu diajarkan pada anak usia 6 tahun ke atas di sekolah?
Argumen Mendukung Pembelajaran Coding Sejak Dini
Salah satu alasan kuat untuk mengajarkan coding sejak dini adalah kemampuannya dalam mengembangkan keterampilan berpikir komputasional. Bayangkan kamu sedang membuat kue. Kamu punya resep, kan? Resep itu seperti kode untuk membuat kue. Kamu harus mengikuti langkah-langkahnya dengan urutan yang benar dan menggunakan bahan-bahan yang tepat. Kalau salah urutan atau salah bahan, kue kamu bisa gagal. Nah, berpikir komputasional itu seperti membuat resep kue, tapi untuk komputer.
Ketika kita membuat program, kita memberikan instruksi kepada komputer, langkah demi langkah, agar komputer bisa melakukan tugas tertentu. Misalnya, kita ingin membuat program sederhana untuk menghitung luas persegi panjang. Kita harus memberi tahu komputer rumus luas persegi panjang, cara memasukkan nilai panjang dan lebar, dan cara menampilkan hasilnya.
Kenapa berpikir komputasional penting? Alasan pertama , bisa memecahkan masalah. Sama seperti saat membuat kue, kita perlu memecahkan masalah satu per satu. Misalnya, jika resepnya terlalu panjang, kita bisa membaginya menjadi langkah-langkah yang lebih kecil.
Alasan kedua, berpikir logis. Setiap langkah harus logis dan berhubungan dengan langkah sebelumnya. Kalau ada yang salah, program kita tidak akan berjalan dengan benar. Alasan ke-3 , kreatif. Kita bisa membuat berbagai macam program dengan kombinasi instruksi yang berbeda-beda, seperti membuat game sederhana atau animasi.
Bagaimana coding membantu mengembangkan berpikir komputasional? Ketika anak-anak belajar coding, mereka secara tidak langsung dilatih untuk memecah masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil: Misalnya, membuat game sederhana bisa dipecah menjadi membuat karakter, membuat latar belakang, dan membuat aturan permainan. Anak-anak harus berpikir tentang urutan langkah-langkah yang benar agar program berjalan dengan baik. Mereka akan menemukan pola-pola tertentu dalam pemrograman, misalnya penggunaan perulangan atau pengkondisian.
Contoh Sederhana, bayangkan anakmu ingin membuat program sederhana untuk menghitung jumlah langkah yang dia lakukan dalam sehari. Dia bias membagi masalah menjadi: bagaimana cara menghitung langkah, bagaimana cara menyimpan hasilnya, dan bagaimana cara menampilkan hasilnya. Membuat program yang meminta pengguna memasukkan jumlah langkah setiap jam, kemudian menjumlahkan semua langkah dan menampilkan hasilnya. Melihat bahwa setiap jam dia melakukan perhitungan yang sama, dia bisa menggunakan perulangan untuk menyederhanakan programnya.
Dengan belajar coding, anak-anak tidak hanya belajar membuat program, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir yang sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari, seperti pemecahan masalah, berpikir logis, dan kreativitas. Keterampilan-keterampilan ini akan sangat bermanfaat bagi mereka di masa depan, baik itu untuk melanjutkan studi di bidang teknologi atau untuk bekerja di berbagai bidang yang membutuhkan kemampuan berpikir komputasional.
Selain itu, coding juga merangsang kreativitas. Dengan coding, anak-anak tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga menjadi penciptanya. Mereka bisa membuat game, animasi, atau bahkan aplikasi sederhana. Misalnya, seorang anak bisa membuat game sederhana di mana karakternya harus mengumpulkan koin untuk membuka level baru.
Contoh Proyek Coding Menarik untuk Anak-Anak, membuat animasi sederhana. Dengan menggunakan platform seperti Scratch, anak-anak dapat membuat animasi karakter yang bergerak, berinteraksi, dan bahkan berbicara.
Atau merancang game sederhana. Anak-anak bisa membuat game seperti puzzle, platformer, atau bahkan game petualangan. Bisa pula dengan membuat aplikasi sederhana. Misalnya, aplikasi penghitung langkah, aplikasi cuaca sederhana, atau aplikasi kuis. Atau yang lebih seru, memrogram robot. Dengan kit robot seperti Lego Mindstorms atau Arduino, anak-anak dapat memprogram robot untuk melakukan berbagai tugas, seperti mengikuti garis, menghindari rintangan, atau bahkan bermain sepak bola.
Â
Â
Argumen Menolak Pembelajaran Coding Sejak Dini
Meskipun ada banyak manfaat, beberapa orang masih ragu untuk mengajarkan coding sejak dini. Berikut beberapa alasan yang sering dikemukakan. Apakah anak usia dini benar-benar perlu belajar coding? Banyak orang tua dan pendidik terpesona oleh tren teknologi sehingga merasa anak-anak harus mulai belajar coding sejak kecil. Namun, apakah ini benar-benar penting? Jawabannya mungkin mengejutkan: tidak perlu terburu-buru.
Dasar matematika yang kuat adalah pondasi terbaik untuk masa depan anak. Matematika tidak hanya mengajarkan keterampilan berhitung, tetapi juga melatih pola pikir logis dan kemampuan problem-solving. Kedua hal ini adalah modal utama untuk memahami coding di kemudian hari. Tanpa matematika yang kokoh, belajar coding di usia dini hanya menjadi aktivitas hafalan, bukan pembelajaran esensial.
Selain itu, usia dini adalah masa kritis untuk mengembangkan keterampilan dasar lainnya, seperti membaca, menulis, dan berpikir kreatif. Ketika fokus anak terlalu diarahkan pada coding, mereka bisa kehilangan kesempatan untuk membangun fondasi ini. Coding adalah keterampilan yang dapat dipelajari lebih efektif ketika anak sudah memiliki logika yang matang, misalnya di usia 12 tahun ke atas.
Pikirkan seperti ini: apakah anak perlu tahu cara menggunakan kalkulator sebelum paham penjumlahan dasar? Sama halnya dengan coding, memahami logika dasar yang diajarkan oleh matematika jauh lebih penting daripada langsung berurusan dengan baris kode.
Jadi, daripada terburu-buru mengajarkan coding kepada anak usia dini, mari fokus membangun keterampilan matematika mereka. Dengan dasar yang kuat, mereka akan lebih siap dan mampu mempelajari coding jika diperlukan di masa depan. Lagipula, dunia teknologi tidak akan ke mana-mana, tetapi masa emas anak untuk belajar dasar-dasar berpikir hanya terjadi sekali..
Apakah yang benar-benar dibutuhkan anak-anak saat ini adalah mempelajari bahasa pemrograman tertentu, ataukah sesuatu yang lebih mendasar? Jawabannya jelas: berpikir komputasional lebih penting daripada langsung belajar coding.
Berpikir komputasional adalah kemampuan memecahkan masalah secara logis dan sistematis, seperti membagi masalah besar menjadi bagian-bagian kecil, mengenali pola, atau membuat langkah-langkah solusi yang efisien. Keterampilan ini adalah inti dari semua aktivitas coding, tetapi juga berguna di berbagai bidang lain dalam kehidupan.
Memaksa anak untuk belajar bahasa pemrograman di usia dini bisa jadi kurang efektif. Mengapa? Karena bahasa pemrograman terus berkembang. Bahasa yang populer saat ini mungkin sudah tidak relevan dalam 10 tahun ke depan. Sebaliknya, berpikir komputasional adalah kemampuan yang tidak pernah ketinggalan zaman. Dengan dasar berpikir ini, anak-anak akan bisa mempelajari bahasa pemrograman apa pun dengan lebih mudah di masa depan.
Bagaimana mengajarkan berpikir komputasional? Tidak perlu komputer atau layar. Permainan logika, teka-teki, bahkan aktivitas sehari-hari seperti mengatur jadwal atau merencanakan rute perjalanan dapat membantu anak memahami konsep berpikir komputasional. Fokus ini juga mendorong anak untuk menjadi kreatif, mandiri, dan lebih baik dalam menyelesaikan masalah.
Jadi, alih-alih terburu-buru memasukkan anak ke kursus coding di usia 6 tahun, mari kita tanamkan keterampilan berpikir komputasional. Ketika waktunya tiba, mereka akan belajar coding dengan lebih mudah dan bermanfaat. Lagipula, inti dari teknologi bukanlah tentang bahasa pemrograman, tetapi bagaimana kita bisa memecahkan masalah dengan cara yang cerdas.
Belum lagi, dengan perkembangan AI yang pesat, beberapa orang bertanya-tanya apakah masih perlu belajar coding di masa depan. Alasan lain, anak-anak mungkin belum siap secara emosional dan kognitif untuk mempelajari konsep-konsep dalam coding. Memulai pembelajaran coding bisa membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak yang cukup mahal, serta akses internet yang stabil.
Pada akhirnya, keputusan untuk mengajarkan coding kepada anak usia 6 tahun ke atas bergantung pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Apakah kita ingin anak-anak memahami teknologi secara mendalam, atau cukup memberi mereka fondasi berpikir komputasional yang kuat? Setiap pendekatan memiliki manfaat dan tantangan tersendiri. Lalu, bagaimana menurut Anda? Apakah coding benar-benar perlu diajarkan sejak usia dini, atau cukup berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir logis dan kreatif terlebih dahulu? Mari kita renungkan bersama: manakah yang lebih bijaksana untuk membekali anak-anak menghadapi masa depan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H