Mohon tunggu...
Darno Latif
Darno Latif Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca itu bukan hobi tapi kebutuhan pokok

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jodoh

26 November 2022   12:40 Diperbarui: 26 November 2022   13:21 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah menjadi tradisi kampung tersebut bila ada pernikahan atau  kematian selalu menutup jalan. Bagi Budi menutup jalan merupakan dosa besar karena mengganggu orang-orang yang lewat di jalan. Banyak kendaraan yang harus berputar arah. Budi berpikir  bagaimana kalau ada orang sakit yang seharusnya segera dilarikan ke rumah sakit. Kalau menutup jalan bisa-bisa pasien kritisnya meninggal. 

Demikianlah akhlak Budi. Ia selalu memperhatikan hal-hal kecil dalam hidupnya karena ia yakin kelak Allah subhana wata'ala pasti meminta pertanggungjawabannya. Meski Budi bukan seorang yang memiliki pendidikan tinggi seperti Andi tapi ia sangat paham dengan Islam. Ia sangat paham bagaimana mempraktekkan islam yang murni yang dibawa oleh rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam. 

Tapi tak semua orang kampung yang terhasud perkataan Andi, namun malam itu sebagian dari mereka berkumpul dan telah sepakat untuk mengusir Budi dari kampung itu. Baru saja Budi pulang dari Mesjid selepas shalat Isya, didengarnya orang-orang membawa obor berteriak, "usir, usir, usir," teriak orang-orang kampung. Dengan santai, Budi berjalan ke arah mereka. Lalu terjadilah dialog antara Budi dan para pemuda kampung yang telah terhasud perkataan Andi.

"Kami tidak mau ada pemahaman aliran sesat di kampung ini, dan menjual narkoba" kata salah seorang pemuda yang bertubuh besar. "Baiklah, dari mana kalian tahu kalau saya menyebarkan aliran sesat, saya mengingatkan kepada saudara-saudara semua bahwa fitnah itu jauh lebih kejam dari pembunuhan", kata Budi kepada pemuda kampung tersebut. Setelah Budi menjelaskan panjang lebar, para pemuda kampung tersebut sadar kalau mereka hanya terhasud oleh perkataan Andi. 

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, grrr...,seorang kakek memakai kopiah hitam berdiri di depan rumah. Itulah Ayah Yunita sambil berkata : "ada apa ini?", kemudian Budi menjelaskan kepada Ayah mertuanya masalahnya. Ayah Yunita yang akrab disapa Abah Muin pun menjelaskan kepada pemuda kampung soal lamaran Andi yang ditolaknya dengan alasan yang benar. Ia juga menjelaskan kepada pemuda kampung tersebut perlunya mencari tahu kebenarannya ketika ada orang yang terkenal kedustaannya menyampaikan suatu berita. Para pemuda itu pun sadar dan pulang ke rumahnya masing-masing.#doc Jay

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun