Mohon tunggu...
DARMA YUDHA
DARMA YUDHA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Makam Buyut Shidin: Jejak Kearifan Leluhur di Desa Kepuharjo

11 Januari 2025   01:57 Diperbarui: 11 Januari 2025   02:19 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam/Punden di Desa Kepuharjo, Karangploso

Akhirnya Shidin melancarkan perlawanan  yang sangat sengit terhadap penguasa dan para pengikutnya, sehingga perlawanan itupun terjadi direruntuhan candi selama sehari penuh. Dalam gelap malam yang penuh ketegangan, Shidin melakukan perlawanan kepada para pengikut penguasa. Suara perang, pedang yang saling menebas, dan teriakan Shidin memenuhi udara malam. Pertempuran yang berkecamuk itu memasuki reruntuhan candi, menambah sentuhan dramatis  pada kisah peperangan yang tak terlupakan.

Pada akhirnya, ketika sinar matahari sore mulai menyinari langit, Shidin menyaksikan kematian sang penguasa itu. Penguasa yang sebelumnya semena-mena kepada para warga itu akhirnya jatuh tersungkur dibawah kaki Shidin. Pedang Shidin bersinar dibawah sinar matahari senja, sore yang menjelang malam. Shidin dengan keberanian dan keterampilan bela dirinya berhasil mengalahkan penguasa dzolim itu beserta para pengikutnya seorang diri.

 Setelah Shidin berhasil memenangkan perlawanan, ia kembali dan menemui para warga menyampaikan bahwa ia telah memenangkan dan menghabisi penguasa beserta para pengikut-pengikutnya juga. Setelah para warga mendengar kabar yang telah di sampaikan Shidin, mereka bersyukur, menangis terharu dan mengucapkan terima kasih kepada Shidin.

Warga: "Terima kasih, Shidin! Kau telah membawa keadilan pada kami!."

Shidin: "Ini adalah kemenangan kita bersama. Kini saatnya kita yang mengambil alih dan memulai membangun kehidupan yang lebih baik untuk kita semua."

Dalam keberhasilan Shidin memenangkan pertempuran sengit itu, Akhirnya Shidin membabat desa dari penguasa itu. Kemenangan itu bukan hanya hasil dari keberanian dan keterampilan bertarungnya, melainkan juga sebuah kemenangan yang membawa kedamaian bagi rakyatnya. Desa yang sebelumnya terancam kehancuran, kini bersyukur karena memiliki sosok Shidin yang berani melawan ketidakadilan yang terjadi. Desa yang dulu dalam ketidakadilan, kini memancarkan kebebasan.

Dalam perjalanannya Shidin akhirnya menjadi seorang pemimpin dan yang memajukan desa tersebut, dari yang awalnya desa yang masih dipenuhi oleh rerumputan atau yang berada ditengah alas kini sudah menjadi desa yang luas dan makmur.

 Shidin ini akhirnya menjadi cerita dari generasi ke generasi. Asal-usulnya dari rakyat sederhana dan perjalanan yang panjang, menjadikan sosok Shidin sebagai lambang perlawanan dan keberanian. Setelah sosok Shidin ini tiada, makam dan nama Shidin ini selalu menjadi cerita dalam sejarah desa ini mengingatkan semua bahwa keberanian dan semangat dapat membebaskan desa dari ketidakadilan, itulah yang menjadi alasan Shidin akhirnya memberi nama desa atau dusun tersebut Arjowinangu yang melambangkan keberanian.

Namun seiring setelah Shidin ini meninggal dunia, para warga mengganti nama desa tersebut menjadi desa atau dusun Tlasih, yang artinya "Tlas" itu habis. Jadi para masyarakat itu sudah habis kepercayaannya akan para penguasa, dikarenakan sudah dibebaskan oleh Shidin dan juga disepakati oleh seluruh warga desa. Terdapat tradisi yang tetap berjalan, yaitu setiap malam satu suro senin legi ada tradisi ke makam mbah buyut Shidin dan para warga juga pergi ke sumber mata air dan ada beberapa ritual doa atau selametan, karena para warga ini kehidupannya selalu mengambil air disumber mata air itu untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga tradisi itu sudah menjadi tradisi rutin tiap tahun dari desa ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun