Pendidikan Pancasila di Indonesia memiliki peran penting dalam membentuk karakter bangsa yang berlandaskan pada nilai-nilai moral, sosial, dan budaya.Â
Namun, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan filsafat Pendidikan Pancasila adalah bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai universal Pancasila dengan keberagaman budaya lokal yang ada di berbagai daerah.
Salah satu solusi yang dapat diupayakan adalah dengan mengadopsi kearifan lokal yang memiliki nilai luhur, seperti Lakhmi dan Sumange dari masyarakat Nias.Â
Lakhmi, yang mencerminkan kebersamaan dan solidaritas, serta Sumange, yang mengajarkan ketulusan dan pengharapan, dapat menjadi dasar yang kuat dalam memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kedua konsep kearifan lokal tersebut dapat berperan dalam mengatasi tantangan pengembangan filsafat Pendidikan Pancasila di Indonesia.
Dalam tulisan ini menunjukkan bahwa integrasi nilai-nilai Lakhmi dan Sumange dapat memperkaya pengajaran Pancasila, memperkuat pendidikan karakter, serta menciptakan keselarasan antara nilai-nilai nasional dan lokal dalam sistem pendidikan Indonesia.
Dengan menggabungkan keduanya, pendidikan Pancasila dapat menjadi lebih relevan, kontekstual, dan mampu menjawab tantangan globalisasi sambil menjaga identitas budaya lokal.
Indonesia sebagai negara yang majemuk memiliki tantangan besar dalam mengembangkan sistem pendidikan yang mampu merangkul keberagaman budaya, suku, dan tradisi lokal.
Salah satu aspek yang menjadi landasan pendidikan di Indonesia adalah Pancasila, yang tidak hanya berfungsi sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai filosofi yang mencerminkan nilai-nilai moral, sosial, dan kultural yang harus diinternalisasi dalam pendidikan.
Namun, tantangan dalam mengembangkan filsafat Pendidikan Pancasila yang sesuai dengan konteks lokal, khususnya di daerah-daerah yang kaya akan budaya dan tradisi, menjadi isu yang perlu perhatian serius.