Mohon tunggu...
Darmawan Harefa
Darmawan Harefa Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa Program Doktor Universitas Pendidikan Ganesha

Ilmu Pendidikan, Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Fisika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lakhomi dan Sumange: Peran Kearifan Lokal Nias dalam Menghadapi Tantangan Pengembangan Filsafat

4 Desember 2024   20:51 Diperbarui: 6 Desember 2024   12:07 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan Pancasila di Indonesia memiliki peran penting dalam membentuk karakter bangsa yang berlandaskan pada nilai-nilai moral, sosial, dan budaya. Namun, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan filsafat Pendidikan Pancasila adalah bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai universal Pancasila dengan keberagaman budaya lokal yang ada di berbagai daerah. Salah satu solusi yang dapat diupayakan adalah dengan mengadopsi kearifan lokal yang memiliki nilai luhur, seperti Lakhmi dan Sumange dari masyarakat Nias. 

Lakhmi, yang mencerminkan kebersamaan dan solidaritas, serta Sumange, yang mengajarkan ketulusan dan pengharapan, dapat menjadi dasar yang kuat dalam memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kedua konsep kearifan lokal tersebut dapat berperan dalam mengatasi tantangan pengembangan filsafat Pendidikan Pancasila di Indonesia. Dalam tulisan ini menunjukkan bahwa integrasi nilai-nilai Lakhmi dan Sumange dapat memperkaya pengajaran Pancasila, memperkuat pendidikan karakter, serta menciptakan keselarasan antara nilai-nilai nasional dan lokal dalam sistem pendidikan Indonesia. Dengan menggabungkan keduanya, pendidikan Pancasila dapat menjadi lebih relevan, kontekstual, dan mampu menjawab tantangan globalisasi sambil menjaga identitas budaya lokal.

Indonesia sebagai negara yang majemuk memiliki tantangan besar dalam mengembangkan sistem pendidikan yang mampu merangkul keberagaman budaya, suku, dan tradisi lokal. Salah satu aspek yang menjadi landasan pendidikan di Indonesia adalah Pancasila, yang tidak hanya berfungsi sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai filosofi yang mencerminkan nilai-nilai moral, sosial, dan kultural yang harus diinternalisasi dalam pendidikan. Namun, tantangan dalam mengembangkan filsafat Pendidikan Pancasila yang sesuai dengan konteks lokal, khususnya di daerah-daerah yang kaya akan budaya dan tradisi, menjadi isu yang perlu perhatian serius.

Di tengah tantangan ini, kearifan lokal memainkan peran penting dalam menjembatani nilai-nilai universal Pancasila dengan kehidupan sehari-hari masyarakat di daerah tersebut. Salah satu contoh kearifan lokal yang relevan adalah konsep Lakhmi dan Sumange dalam masyarakat Nias, yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, keharmonisan, dan semangat gotong royong. Lakhmi mengacu pada solidaritas dan rasa persaudaraan yang mengikat setiap individu dalam masyarakat, sementara Sumange berhubungan dengan prinsip hidup yang penuh pengharapan dan keikhlasan, yang mendasari hubungan sosial yang harmonis. Kedua nilai ini, meskipun berasal dari kearifan lokal, memiliki keselarasan yang kuat dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, seperti sila kedua tentang kemanusiaan yang adil dan beradab serta sila keempat tentang kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Gambar. 2. Bawi Hada (Sumange)
Gambar. 2. Bawi Hada (Sumange)

Tulisan  ini bertujuan untuk menggali peran kearifan lokal Lakhmi dan Sumange dalam menghadapi tantangan pengembangan filsafat Pendidikan Pancasila di Indonesia, khususnya di Nias. Kearifan lokal ini tidak hanya memberikan kontribusi dalam pembentukan karakter dan moral masyarakat, tetapi juga dapat menjadi sumber daya penting dalam mengembangkan pendidikan yang relevan dengan nilai-nilai budaya setempat tanpa mengabaikan semangat persatuan dan keadilan sosial yang diusung oleh Pancasila. Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi bagaimana Lakhmi dan Sumange dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan Pancasila yang lebih luas, serta bagaimana pengaruhnya terhadap penguatan pendidikan karakter di Indonesia. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat ditemukan solusi untuk mengatasi tantangan dalam mengembangkan filsafat Pendidikan Pancasila yang relevan, kontekstual, dan mampu mengakomodasi keberagaman budaya di Indonesia.

1. Kearifan Lokal Lakhmi dan Sumange dalam Konteks Pendidikan Pancasila

Kearifan lokal Nias, yaitu Lakhmi dan Sumange, memiliki kedalaman makna yang sangat relevan dalam mengembangkan filsafat Pendidikan Pancasila di Indonesia. Kearifan lokal ini mencerminkan nilai-nilai yang mampu menghubungkan pendidikan dengan budaya dan tradisi setempat, sekaligus memperkuat nilai-nilai universal yang terkandung dalam Pancasila. Lakhmi, yang mengedepankan nilai kebersamaan, solidaritas, dan gotong royong, sangat selaras dengan sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia. Konsep ini mendorong pentingnya memelihara hubungan harmonis antara sesama individu maupun kelompok dalam masyarakat. Dalam konteks pendidikan, Lakhmi mengajarkan siswa untuk saling menghargai, bekerja sama, dan memahami keberagaman yang ada di sekitar mereka. Di sisi lain, Sumange, yang berhubungan dengan pengharapan, ketulusan, dan pengabdian terhadap sesama, sesuai dengan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Nilai ini mengajarkan siswa untuk memiliki rasa empati, menghargai martabat manusia, serta menumbuhkan semangat untuk berbuat baik dan melayani dengan tulus.

Gambar. 3. Niowalu (Lakhmi) (Sumber: Novinta Harefa)
Gambar. 3. Niowalu (Lakhmi) (Sumber: Novinta Harefa)

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Lakhmi dan Sumange dalam proses pendidikan, kita tidak hanya mengajarkan pengetahuan akademik, tetapi juga membentuk karakter siswa yang berlandaskan pada nilai moral dan sosial yang kuat. Hal ini selaras dengan tujuan Pendidikan Pancasila, yang ingin menciptakan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun