Menurut saya, bahasa yg dipergunakan dalam beberapa buku agama Islam yg berbahasa Indonesia memang membingungkan. Lebih baik mengkaji dengan mencari padanan kata yg akurat ke bahasa Inggris dulu. Barulah nanti mata kebijaksanaannya baru terbuka.
Dzat = essence
Wujud = existence
baqaa = permanency
qidam = eternal
Contohnya : Ini adalah kutipan dari sebuah buku spiritual. Pahamilah dahulu bahasa Inggrisnya benar-benar SEBELUM baca terjemahan bahasa Indonesianya. Lalu bandingkan :
THE ESSENCE of divinity is found in every single thing—nothing but it exists. Since it causes every thing to be, no thing can live by anything else. It enlivens them; its existence exists in each existent. Do not attribute duality to God. Let God be solely God. If you suppose that Ein Sof emanates until a certain point, and that from that point on is outside of it, you have dualized. Realize, rather, that Ein Sof exists in each existent. Do not say, “This is a stone and not God.” Rather, all existence is God, and the stone is a thing pervaded by divinity.
Matt, Daniel C. (2010). The Essential Kabbalah: The Heart of Jewish Mysticism (p. 24). Harper Collins, Inc.. Kindle Edition.
---------------------------------------------
Ini kalau diterjemahkan dengan bahasa ala Islam (yg dipelintir) spt ini :
Wujud dari Allah ditemukan pada setiap benda -- tidak nampak tapi ada. Karena Dia menyebabkan segalanya ada, maka tiada hal lain yang tanpa diriNya. Jangan menduakan Allah. Allah hanyalah satu-satunya Allah. Bila anda menganggap Dzat Allah memancar sampai ke tempat tertentu dan itu sampai tempat itu diluar diriNya, anda telah menduakan Allah. Sebaiknya sadarlah, bawha Dzat Allah ada dalam tiap mahlukNya. Katakanlah, "ini batu dan bukan Allah". Katakanlah, Wujud Allah ada dimana-mana, dan batu itu tunduk karena kuasaNya.
--------------------------------------------------
Melihatkah anda , bahwa pengertiannya bisa LAIN SAMA SEKALI?
Apalagi bila mengira bahwa Dzat = zat= subtansi, wujud = bentuk. Kacau sudah. Kehilangan kedalaman makna dan intisari spiritualnya. Bahkan menjadi seperti ajaran dangkal penyembahan "dewa"-tunggal belaka.
Kekacauan pemaknaan timbul karena :
Wujud (arab, = eksistensi) dianggap sama dengan wujud /form, bentuk.
Dzat (arab, = esensi) dianggap sama dengan zat / bahan substansi.
Kacau bukan?
Walau cuman 2 kata yg salah, tapi akan mengubah pemahaman theologi secara total.
=========================
Dialog / Komen2 :
Sony H. Waluyo : ... matur tengkiyu... mmm... pengertian buddist lebih mudah utk memahami teks itu... haha...
Daniel Suchamda : Tujuan saya cuman ingin menunjukkan bahwa keakuratan bahasa sangat menentukan pengertian yang didapat. Bahasanya tidak akurat, pengertiannya pun jadi melenceng jauh.
Sony H. Waluyo :
... maturnuwun mas... tapi itu bisa sangat membantu utk mempersatukan manusia... bhw ajaran yg mrk pegang sebenarnya terkait satu sama lain .. dan bhw dr generasi ke generasi pengertiannya makin bias krn ketidakpahaman ttg sumber aslinya yg diperparah dg cara2 kekerasan utk memaksakan pengertiannyayg sudah bias itu, plus larangan utk menafsirkan sendiri shglebih banyak orang tdk mjd kritis melainkan hanya membeo tafsir model pemimpinnya yg juga sudah misleading...
Daniel Suchamda : semoga.
Sony H.Waluyo :
..uraian Mas Daniel sendiri sangat memperjelaskan mengapa proses terjemahan teks2 spiritual bisa sangat mengacaukan pengertiannya. Dan itu mjd salah satu alasan mengapa terjadi begitu banyak silang sengketa pengertian/pemahaman di antara agama2....Dlm versi spiritual jawa olehkrn itu ada saran utk "othak-athik gathuk"... utk merangkai benang merah di antara berbagai info dlm berbagai ajaran spiritual utk memahami semuanya scr keseluruhan... mmm...sangat menarik mas... matur nuwun...
==========
Jkt, Jumat, 2011 Juni 17 4.00 AM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H