Mohon tunggu...
Negative Creep
Negative Creep Mohon Tunggu... Buruh - Introvert
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Aku adalah sekuntum bunga yang tumbuh di hamparan taman bunga. Jadi, mungkin saja tak kelihatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tragedi Penyembelihan Ayam Jago

2 Juli 2019   14:28 Diperbarui: 2 Juli 2019   14:37 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu, tibalah giliran Japar menyentuh piring lauk, dan rupanya di situlah rahasia besar kelahapan mereka. Betapa makan malam mereka tidak akan semarak? Lauk utama yang tersuguh di meja adalah daging ayam jago muda kesayangan Japar. Si Bijo Taji yang berbulan-bulan dirawat Japar dengan kelembutan dan kasih sayang telah disembelih tanpa sepengetahuan dirinya. Inilah penyembelihan kedua setelah kasus mobil sedan, yang telah merenggut keberanian masa kanak-kanak Japar.

Selera makan Japar musnah dalam hitungan detik. Mana mungkin ia tega mengunyah-ngunyah daging ayam jago yang ia belai-belai dan ia mandikan saban pagi. Piring di hadapan Japar melayang, lalu bersarang tepat di kening salah satu anak saudara perempuan ibunya. Pecah berkeping lima. Beling dan butiran-butiran nasi bergelimang, berserak di meja dan lantai. Prahara tak terbendung. 

Melihat anaknya bersimbah luka, suami dari saudara perempuan ibu bangkit hendak membalas serangan Japar. Dengan Sigap Japar meloncat dan melesat lari menuju dapur. Bukan lantaran takut, melainkan untuk mengambil sebilah kapak pembelah kayu yang tergeletak tak jauh dari tungku. Japar berbalik secepat kibasan sayap Bijo Taji saat bertarung di gelanggang aduan. Mata kapak menghunjam permukaan meja makan. 

Ayunan kedua terarah tepat di rusuk kiri suami dari saudara perempuan ibu. Mata kapak menyilang tipis dan merobek kemeja putihnya. Anak-anak manis yang kekenyangan itu menjerit-jerit ketakutan dan lari terkencing-kencing. Saudara perempuan ibu terpaku diam dengan muka pucat pasi. Ketakutan jenis itulah yang melanda Japar  saat suaminya menghardik dalam peristiwa mobil sedan, berbulan-bulan sebelumnya. Japar menatap mata mereka satu per satu, dengan kapak yang masih dalam genggaman. Mati kalian semua! Batin Japar, dalam amarah yang meluap-luap. 

"Anak ayam jantan kita masih banyak, Nak. Kau bisa miliki semuanya. Asal kau buang kapak itu jauh-jauh!" bujuk ibu sambil menangis terisak-isak. 

"Meski semua ayam jantan di kampung ini disedekahkan padaku, kematian Bijo Taji tetap kematian. Dan kalian adalah pembunuhnya", balas Japar dengan sorot mata buas. 

Japar akhirnya berhenti. Amuk-amarah ia gumpal baik-baik. Segera ia enyah dari rumah itu. Mereka beruntung. Kematian Bijo Taji tak berbalas kematian. 

***

Sejak prahara di meja makan itu Japar makin gemar menyendiri. Setiap ada keramaian di rumahnya terutama karena saudara-saudara ibu pulang dari rantau, ia akan mundur teratur. Japar tak peduli mereka bagi-bagi uang dengan cara salam tempel, atau mereka kenduri bersama sanak-saudara yang lain. Japar lebih bersukaria dengan kambing-kambing piaraan, dan ayam jago generasi baru, meski tak akan pernah bisa menggantikan posisi almarhum Bijo Taji. 

Japar merasa lebih pantas bersaudara dengan kawanan binatang ketimbang berbasa-basi dengan sanak-saudara yang sedang berkumpul di rumahnya. hanya untuk mengharapkan uang receh. Japar g tak tergiur untuk bergaul apalagi berbaur dengan anak-anak kota dengan segala kemewahan dan keangkuhan yang mereka bawa pulang. 

Tapi, orang-orang kampung Japar ramah menyambut dan melayani mereka. Karib-kerabat Japar lebih hormat dan gemar membungkuk-bungkuk pada orang kaya ketimbang orang jujur, apalagi kaum yang tak mujur. Di mata mereka, keluarga saudara-saudara ibu Japar yang berlimpah harta adalah contoh tentang orang-orang yang berhasil menghela peruntungannya. Keluarga besar Japar menjadi harum namanya, tampak sangat mulia di permukaan, padahal tercela luar biasa di kedalaman. Bergonta-ganti mobil saban tahun, berderma di sana-sini, tapi perangainya membusuk layayaknya bau kaus kaki 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun