Mohon tunggu...
Alin FM
Alin FM Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Multimedia dan Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Biarkan tinta-tinta malaikat mencatat semua kata yang ku punya untuk dunia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Naiknya Gas Elpiji 3 kg Bagian Pengkhianatan terhadap Amanah Rakyat

24 Januari 2020   11:06 Diperbarui: 24 Januari 2020   13:08 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negeri ini memiliki kekayaan alam yang sangat besar. Sayang, kekayaan yang besar itu bukannya dimaksimalkan untuk penerimaan negara dengan dikuasai dan dikelola langsung oleh negara, tetapi sebagian malah diserahkan kepada swasta bahkan asing.

Akibat salah pengelolaan, Indonesia yang kaya akan gas malah Indonesia masih impor gas. Dan keluar dari negara anggota eksportir migas (OPEC) . Karena Indonesia saat ini menganut sistem demokrasi kapitalis dan sistem ekonomi neoliberal. 

Dalam pandangan sistem demokrasi dan ekonomi neoliberal kapitalis, sumber daya alam yang jumlahnya melimpah harus segera dikelola agar dapat dimanfaatkan secara ekonomi. 

Tapi menjadi persoalan adalah dikelola dan dimanfaatkannya oleh perusahaan asing yang menginvestasikannya di sektor migas dan diizinkan mengekspornya atas nama pengelolaan pihak swasta.

Pemahaman ekonomi neoliberal kapitalis ini memiliki kebebasan hukum rimba "siapa yang memiliki modal maka bisa menguasainya" dan lepasnya campur-tangan pemerintah dalam hal kepemilikan SDA. Dalam rangka produksi barang dan jasa sebesar-besarnya, investor asing diberi kebebasan seluas-luasnya. 

Ekonomi neoliberal kapitalis tidak mengatur tentang kepemilikan spesifik. Mana kepemilikan induvidu dan kepemilikan umum yg harus dikelola oleh negara secara utuh. Malah siapapun boleh memiliki apapun selama mereka mampu untuk membeli dan menguasainya.

Kebijakan ekonomi neoliberal kapitalis  ini akan menimbulkan masalah jika yang dimiliki oleh orang-orang tertentu adalah komoditas yang menjadi kebutuhan penting masyarakat luas seperti gas. Di Indonesia, barang tambang migas dikuasai swasta bahkan pihak asing, akibatnya rakyat harus membayar mahal untuk BBM, gas, dan listrik. 

Dan akhirnya berefek pada mahalnya barang-barang alat pemenuhan kebutuhan hidup lainya, karena produksi barang tersebut membutuhkan energi dan bbm dalam ongkos produksi, distribusi transportasinya.

Di negara penganut demokrasi berekonomi neoliberal kapitalis seperti Indonesia. Negara berperan hanya sebagai pengatur (regulator). Negara diarahkan untuk semakin mengurangi intervensinya terhadap aktivitas perekonomian di masyarakat. 

Subsidi BBM, gas dan listrik, setiap tahunnya semakin berkurang, masyarakat diarahkan untuk membayar sesuai dengan harga jual di pasar internasional. 

Lemahnya peran negara ini semakin terlihat di saat kebutuhan gas dalam negeri meningkat tapi negara tidak bisa menghentikan ekspor gas karena sudah terikat kontrak jangka panjang dengan perusahaan asing sebagai pemilik dan pengelola migas meskipun harga ekspor tersebut sudah jauh lebih rendah dari  harga pasar internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun