Mohon tunggu...
Danu Yoga Pradita
Danu Yoga Pradita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

MAHASISWA UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKUKTAS ILMU ADMINISTRASI BISNIS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pentingnya Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan

14 Juni 2022   21:40 Diperbarui: 14 Juni 2022   21:59 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan kepribadian bisa diawali pada tiap jenjang kelas. Berarti buat menetapkan fondasi yang kokoh sepanjang kelas- kelas dini serta buat menguatkan serta membangun di atas fondasi itu sepanjang kelas- kelas berikutnya. Supaya efisien, Pendidikan kepribadian wajib mencakup segala komunitas sekolah serta wajib ditanamkan di segala kurikulum serta budaya sekolah.

  1. DISKUSI

Sebelum lebih jauh membahas tentang pentingnya pendidikan karakter yang berkaitan dengan pembentukan karakter siswa, berikut akan dipaparkan beberapa alasan mengapa karakter secara substansial menjadi hal yang membingungkan terutama dalam konteks pendidikan. Pertama, anggapan yang berkembang bahwa lembaga pendidikan lebih mengutamakan prestasi belajar pada orientasi produk. Apakah pendidikan hanya proses berorientasi hasil; atau juga menghasilkan perubahan perilaku. Dari pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa lembaga pendidikan telah mengabaikan aspek afektif yang sebenarnya juga merupakan domain vital dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, lembaga pendidikan pasti belum berhasil mengajarkan nilai-nilai moral kepada peserta didik karena hasil belajar lebih ditekankan pada aspek kognitif dan psikomotorik sebagai prioritas utama dalam prestasi belajar. Padahal, dari penelitian-penelitian sebelumnya jelas menunjukkan bahwa prestasi/keberhasilan akademik siswa tidak selalu berkorelasi dengan kecerdasan emosionalnya.

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan prestasi akademik siswa sekolah menengah. Kecerdasan emosional tidak dianggap prediktif terhadap prestasi akademik di kalangan anak-anak. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa seorang pelajar sekolah atau mahasiswa mungkin telah berhasil secara akademis setelah lulus dari sekolah atau universitas; namun memiliki kecerdasan emosional yang rendah ketika menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan nyata. Mungkin seseorang tidak bisa bekerja sama dalam satu tim, misalnya karena merasa tahu segalanya; jadi, tidak perlu mendengarkan saran dari anggota tim lainnya. Akibatnya, sulit baginya untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Kedua, degradasi moral yang masih terjadi di berbagai bidang termasuk di bidang pendidikan menjadi salah satu alasan utama mengapa karakter yang baik sangat dibutuhkan di era globalisasi saat ini. Terkait hal tersebut, Harris, dekan pendidikan sarjana Universitas Harvard (Perez-Pena, 2012) mengatakan, mahasiswa Harvad menganggap menyontek adalah hal yang bisa ditoleransi. Ia (ibid) mencatat hampir separuh mahasiswa S1 diduga menyontek karena bekerja sama atau menjiplak ujian akhir yang dibawa pulang. Sementara itu, survei yang dilakukan oleh International Center for Academic Integrity (ICAI) terhadap lebih dari 71.000 siswa menemukan bahwa sekitar 68 persen siswa mengaku menyontek setidaknya satu kali (Musto, 2017). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Anderman (Musto, 2017), ketua Department of Educational Studies di Ohio State University, terhadap 400 mahasiswa Amerika dari dua universitas, menyimpulkan bahwa menyontek merupakan hal yang lumrah di kalangan mahasiswa. Sementara itu, Singapore University of Social Sciences (SUSS) melakukan investigasi cepat terhadap seorang dosen yang diduga membocorkan soal ujian.

Dari kasus-kasus di atas tampak bahwa dunia pendidikan sedang mengalami krisis moral yang serius di kalangan pelajar sekolah dan mahasiswa karena mereka mengabaikan nilai-nilai dasar yang membangun karakter kepribadian mereka seperti kejujuran akademik, integritas, kerja keras, dan sebagainya.

Ketiga, penyebab karakter menjadi bermasalah berkaitan dengan perkembangan teknologi yang pesat dan informasi digital yang canggih tidak selalu membawa dampak positif bagi pertumbuhan karakter siswa. Mengenai hal ini, Daud (2013, p.85) berpendapat bahwa jika penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, misalnya internet, tidak terkontrol dengan baik; sehingga akan membawa pengaruh negatif; meskipun juga berdampak positif khususnya pada budaya akademik. Selain itu, Wright (2011) menyatakan bahwa ada potensi masalah yang muncul melalui penggunaan teknologi; dan itu mempengaruhi karakter siswa. Pendapat Daud dan Wring bisa jadi benar karena tidak semua orang menggunakan teknologi dengan tepat. Ada yang menggunakannya untuk menyebarkan hoax atau ujaran kebencian, melakukan cyberbullying atau menawarkan obat-obatan terlarang, dll. Oleh karena itu kita termasuk mahasiswa harus bijak memanfaatkan teknologi. Meskipun demikian, kehadiran teknologi modern dan aplikasi online lainnya tidak dapat dihindari karena orang menggunakannya untuk berbagai tujuan yang berbeda.

 

  1. SIMPULAN 

Pengembangan keahlian sosialisasi serta integrasi pembelajaran kepribadian ialah bagian berarti dari keberhasilan akademik seseorang anak. Upaya pembelajaran kepribadian bisa jadi efisien apabila dilaksanakan secara ketat serta dengan landasan ilmiah. Sekolah wajib fokus pada pengajaran kepribadian dalam kurikulum reguler. Pada dasarnya, teknologi merupakan perlengkapan. Oleh sebab itu, supaya lebih positif untuk siswa, dibutuhkan pemanfaatan budaya serta pembelajaran kepribadian supaya tidak kehabisan kearifan budaya lokal. Membentuk kepribadian siswa memanglah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh sebab itu, diperlukan visi serta misi yang kokoh dari sekolah dalam membangun kepribadian siswa.

Kepribadian seorang hendak tercipta apabila kegiatan dicoba berulang-ulang secara teratur sampai jadi sesuatu kerutinan, yang kesimpulannya tidak cuma jadi sesuatu Kerutinan saja namun telah jadi sesuatu kepribadian. Hingga dari itu, pembelajaran kepribadian wajib dicoba secepat bisa jadi supaya anak sanggup menanamkan kepribadian yang baik sehingga mereka dapat membawanya sampai umur berusia. Pembelajaran kepribadian di sekolah bisa diterapkan pada seluruh mata pelajaran.

  1. SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian diatas, maka peneliti membagikan anjuran selaku berikut :

  1. Orang tua hendaknya menanamkan pendidikan karakter sejak dini, karena anak terlebih dahulu memahami lingkungannya sendiri dalam lingkungan keluarga. Dari sini dapat dipastikan bahwa penanaman yang baik dari kecil hingga besar akan memiliki kepribadian yang baik.
  2. Pergi ke sekolah, karena begitulah dua anak berinteraksi di sekolah dengan begitu banyak teman, guru, dan pihak lain. Oleh karena itu, tidak hanya di lingkungan rumah sekolah saja, penguatan karakter anak juga sangat penting dilakukan, agar generasi penerus bangsa ini memiliki karakter yang baik dan tidak menyimpang darinya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun