Kisah gadis tomboi yang berliku dalam menemukan jodohnya. Ikuti kisah Juleha by Danu. Dilarang copas, ygy.
Juleha dan Wika saling berpandangan, mereka paham apa yang dirasakan oleh bapak selama ini. Meskipun telah berusaha adil, para istri bapak pasti tetap menuntut jadi yang utama.Â
"Maksudnya biar aku sama Mbak Wika tidak mengikuti jejak emak jadi istri kedua, Pak?"
Kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya kalau bisa jangan sampai terjadi, Ha. Minta sama Gusti Allah biar dikasih jodoh yang bener."
"Nggih, Pak."
"Wika, Bagaimanapun kamu tetap anak pertama bapak ...,"
"Obatnya diminum dulu, Bang. Wika siapkan baju gantinya Leha, sudah magrib nanti telat salat."
Wika hanya mengangguk lalu memberi kode pada Juleha agar segera mandi. Juleha merasa emak tirinya seperti menghalangi perkataan bapak. Apakah ada sesuatu yang mereka sembunyikan? Kalau dia tidak sedang ngambek, emak pasti bisa menjelaskan semuanya. Sayangnya, dia harus menyimpan penasaran sampai tiba waktu berdamai dengan emak.
"Nggak usah bikin masalah, Bang. Kita sudah sepakat sejak Safinah jadi maduku."
"Wika maupun Juleha harus tahu yang sebenarnya sebab kondisi tidak mungkin dimanipulasi. Terlebih jika Wika menikah, Nik. Serapat-rapatnya bangkai disimpan, kelak bau busuk akan tercium juga! Ingat itu!"
"Semua akan tetap aman terkendali jika abang nggak bertingkah macam-macam."
Sayup-sayup terdengar perselisihan antara bapak dan emak tirinya. Juleha makin enggan mandi karena masih ingin menguping pembicaraan orang tuanya. Tetapi, Wika menarik tangannya tanpa ampun.
"Buruan mandi, waktu magrib hampir habis!"
"Ya ... iya. Bawel amat!"
Semua perkataan bapak dan emak tiri terus terngiang, Juleha makin yakin ada sesuatu yang tidak beres dalam keluarganya. Apalagi, nama emaknya sempat disinggung oleh Mak Linik.
Gedoran pintu kamar mandi membuyarkan lamunannya.
"Udah mau subuh! Kamu tidur, semedi, apa ngilang?"
"Bentar lagi kelar, Mbak."
***
Mak Linik sibuk menyiapkan hidangan makan malam, sementara Juleha dan Wika justru asyik bercengkerama di dalam kamar.Â
"Jangan lupa beritahu bibik kalau kamu nginep sini," kata Wika.
"Emak sudah tahu."
"Marahannya jangan kelamaan, nggak baik buat umpan jodoh!"
Deretan gigi yang rapi dan putih terlihat saat Juleha meringis. Dia merasa jadi perawan sangat susah sebab selalu diburu untuk cepat kawin. Kini, kakak tirinya terkontaminasi pikiran emak. Bukankah sang kakak yang seharusnya menikah terlebih dahulu? Gara-gara disinggung soal jodoh, memorinya jadi ingat Anusapati. Ada rasa penasaran akut, tetapi masih tertahan sebab dia tidak ingin merusak kebersamaan.
"Ha .... Sebenarnya kamu pulang di waktu yang tepat."
"Mbak Wika mendukung emak juga?"
"Dengar dulu, tetapi kamu harus janji untuk pura-pura nggak tahu soalnya emak bilang biar ada efek kejutan."
"Aku ini sedang frustasi dan masih harus dipusingkan teka-teki. Hadeh!"
"Lusa, aku akan dilamar Mas Anusapati. Kamu tahu, Ha? Aku bahagia banget ... nget .. nget."
Fix! Ini adalah kejutan kedua yang sangat tidak diharapkan oleh Juleha setelah drama kebohongan emak yang pura-pura bonyok. Dia melihat aura kebahagiaan terpancar dari wajah kakak tirinya. Seandainya, dia mengatakan kelakuan Anusapati, kemungkinan tidak akan ada yang mempercayai. Bahkan, dia bisa saja dituduh iri dan dengki terhadap sang kakak. Dia akan tetap berusaha agar kebusukan Anusapati segera terbongkar sehingga acara lamaran tersebut gagal. Namun, bagaimana caranya?
***Bersambung***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI