AWAS & MELETUS!
Akhirnya, saya pulang ke rumah, sekitar 25 km dari Sugihwaras. Kebetulan, speed internet lumayan cepat. Setengah jam berselang, tuntas sudah. Â Pukul 21.30, saya baru sholat Isya'. Suara ponsel berdering. Fedho, jurnalis media lokal mengabarkan, Kelud sudah Awas! "Pak, aku gowokno sarung, celana sama baju ya.. Sudah dua hari ora ganti klambi (baju)," pesannya.
Saya siapkan semuanya dalam tempo singkat. Kemudian, meluncur dengan kecepatan tinggi menuju ke tempat pengungsian, Desa Tawang, Kecamatan Wates, Kediri.
Ramai. Truk berdatangan. Puluhan motor lalu lalang. Saya mengambil gambar suasana pengungsian. Kepanikan. Orang tua dibopong. Anak-anak. Kemudian, saya dan beberapa rekan jurnalis menuju ruang depan, tempat relawan.
Kami mulai meng-capture gambar di laptop. Saya siap untuk streaming. Ponsel saya berdering.
"Ono opo Mas Ji?" Ternyata, saudara saya yang tuna netra.
"Gunung Kelud meletus."
"Iya, sudah awas. Ini aku liputan warga ngungsi."
"Lho, saiki wis meletus.."
Saya mengernyitkan dahi. Saya tanya teman di samping saya, mereka angkat bahu.
"Durung (belum). Sik awas,"