Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Teman-teman seangkatan makin banyak yang lulus. Lah saya masih ngejogrok dalam ombang-ambing pusara Skripsyetan.
Di kampus-kampus lain ada yang wisuda setahun dua kali, atau setahun empat kali. Sementara di kampus cuma wisuda setahun sekali, yaitu setiap bulan Desember. Dan mungkin, bisa jadi karena ini saya jadi ngerasa de-motivasi. Motivasinya belum muncul jadi banyak nyantainya bahkan cenderung nyepelein.
Momentum Pertama
Awal September 2014 saya mulai ngelangkah dengan tertatih. Ngumpulin sumber-sumber bacaan. Banyak tanya dengan yang sudah ngegarap, terutama yang sudah lulus. Momentum pertama ini cukup ngatrol motivasi saya. Saya pun nggak nyangka ternyata asal niat dikerjain, skripsi bisa cepat digarap. Bab 1-3 babat habis, bimbingan ke rumah dosen yang jaraknya 30 km dari rumah saya pun dijabanin (60 km pulang pergi). Dan tepat 20 September 2014 saya seminar proposal.
Pasca seminar saya langsung ‘kabur’ karena ada agenda besar menanti, yaitu International Youth Peace Fest di Chandigarh, India. Sebuah konferensi yang mempertemukan pemuda-pemuda tingkat dunia dengan fokus pembahasan perdamaian dunia, kriminal, dan hak-hak wanita dan anak. Terus, sepulangnya dari India masih dalam kondisi semangat, jadi langsung penelitian skripsi per tanggal 13-23 Oktober 2014.
Deadline pendaftaran yudisium untuk wisuda sendiri terakhir 15 November 2014. Jadi masih ada waktu sekitar tiga minggu untuk kelarin bab 4 dan 5 sekaligus sidang skripsi. Tak dinyana, ternyata dapet ujian yang cukup untuk ngeruntuhin motivasi.
Saya ‘kecelakaan’ kecil tapi cukup fatal. Cuma jatuh (terkilir) dari trotoar dan efeknya kaki kanan saya bengkak, untung nggak patah. Mungkin sedikit geser engselnya yang cukup membuat saya jalan terkencot-kencot dengan bantuan tongkat.
Sekitar dua mingguan kaki saya baru bisa pulih dan jalan, deadline pendaftaran tinggal satu minggu. Momentum itu benar-benar hilang. Skripsyetan Syndrome datang lagi. Saya angkat bendera putih. Wassalam.
Jauh sebelum terkilir itu saya memang ngerencanain (kalau setelah pendaftaran yudisium) untuk perayaan wisuda non-official di puncak gunung. Dan tepat 30 November 2014 saya wisuda-wisudaan di puncak gunung Rinjani, Lombok dengan ketinggian 3.767 mdpl. Konyol sih tapi nggak apa-apalah, ngehibur hati yang nggak jadi ikut wisuda Desember 2014. Haha
[caption caption="Kiri Atas : Bersama Fiona Callaghan, Presenter Plesir MNCTv dan Finalis Puteri Indonesia 2009"]
Â