Mohon tunggu...
Danura Lubis
Danura Lubis Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Isi Hati dan Pikiran

Ketika Kau Ingin Sesuatu, Maka Inginkanlah Prosesnya! Bukan Jadinya!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Pentingnya Sebuah Kapasitas Dalam Pidato Ahok

30 Oktober 2016   12:52 Diperbarui: 30 Oktober 2016   13:12 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya bilang ke warga Kepulauan Seribu, kalau kalian dibodohi orang-orang rasis pengecut, itu yang mau saya tekankan sekarang, menggunakan ayat suci untuk tidak memilih saya, ya silakan enggak usah milih," katanya.

Ahok mengatakan sejak terjun ke dunia politik tahun 2003 ia kerap menemui lawan politik menurut dia rasis dan pengecut karena menggunakan ayat-ayat Alquran untuk "membodohi" warga agar tidak memilih dia.

"Jadi ayat Alquran ada yang salah enggak? Enggak salah, konteksnya bukan itu. Konteksnya adalah jangan jadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai temanmu, sahabatmu. Saya sekolah Islam SD-SMP sembilan tahun, jadi saya menemukan banyak yang rasis dan pengecut menggunakan ayat suci di dalam Alquran maksudnya tidak seperti itu (tapi) dipelesetin seperti itu," katanya.

Perilaku rasis dan pengecut, menurut Ahok, tidak hanya kerap dilakukan oleh aktor politik beragama Islam tetapi juga yang beragama Kristen atau Katolik. (Sumber: ANTARA News/Ahok klarifikasi tuduhan penghinaan Alquran)

Nah, dari semua aspek yang telah penulis uraikan di atas, mulai dari segi bahasa, terjemahan dari kata 'awliya' dalam bahasa Arab, sebab turunnya ayat tersebut, dan klarifikasi Ahok soal dugaan penistaan tersebut, dapat disimpulkan disini, bahwa Ahok hendak menyinggung orang orang rasis yang menggunakan ayat suci sebagai senjata untuk menjatuhkannya.


Gubernur DKI tersebut mengatakan hal itu ketika berpidato di hadapan masyarakat dengan pendapat yang ia yakini benar.
Dalam Islam, sah-sah saja bila seseorang memiliki pendapatnya masing-masing perihal penafsiran sebuah ayat, selama itu bukan hasil pemikirannya semata serta mempunyai dalil dan ilmunya.


Namun, jika seseorang tidak memilki kapasitas dalam hal penafsiran ayat, orang tersebut dapat mengikuti (taqlid) pendapat orang yang memiliki kapasitas itu, dalam hal ini sudah tentu adalah para ahli tafsir.


Kita tidak boleh memaksakan pendapat yang kita yakini benar kepada orang lain. Sama halnya pula dengan orang lain yang tidak boleh memaksakan pendapat yang orang itu yakini benar kepada kita.

 

Namun demikian, titik tekan yang ingin penulis sampaikan disini adalah satu hal saja dari yang dianggap sebagai tindakan yang kurang elegan kepada saudara kita Basuki Thaja Purnama saat ia berkata hal demikian, maka dengan kapasitas apa ia bisa berbicara seperti itu?
Ahok adalah seorang Gubernur. Dia bukan seorang ahli tafsir atau ulama. Bahkan ia pun bukan seorang muslim.

Tidak masalah baginya jika dia punya pendapat seperti itu perihal maksud dari kata 'awliya' sebagai 'kawan karib' dalam al-Maidah 51 tersebut, dan memang tak sedikit pula orang muslim yang berpendapat demikian. Akan tetapi, cukuplah itu menjadi konsumsi pribadinya. Tidak perlu sampai mengatakan 'dibohongi'. Karena bebas dan sah-sah saja bila ada yang berpendapat bahwa 'awliya' disitu adalah sebagai pemimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun