Mohon tunggu...
Danthy Margareth
Danthy Margareth Mohon Tunggu... Lainnya - Biasa-Biasa Saja

Dunia dalam Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Langkah Perusahaan di Era Digital dan Belajar dari Taksi Konvensional

6 September 2020   15:22 Diperbarui: 6 September 2020   17:18 1920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bisnis yang semakin kompetitif di era digital| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Berbagai komentar bernada kecaman dan kekecewaan pun ditujukan kepada RCTI dan iNews. Bahkan tak sedikit menyerukan untuk memboikot kedua stasiun televisi tersebut.

Bercermin pada kasus taksi konvensional

Apa yang terjadi pada RCTI dan iNews  mengingatkan kita pada kejadian beberapa tahun silam saat perusahaan taksi konvensional bereaksi atas kemunculan transportasi online yang menjamur dan meramaikan pasar transportasi umum.

Kehadiran transportasi online ini meruntuhkan stigma taksi konvensional yang identik dengan argo mahal sehingga tidak dapat diakses oleh konsumen menengah ke bawah. 

Transportasi online juga memiliki kelebihan teknologi sehingga jaringan lebih luas dan bisa diakses di manapun karena diatur oleh sistem yang menghubungkan konsumen secara langsung dengan pengemudi terdekat di area sekitar konsumen berada. 

Segala terobosan yang diberikan oleh transportasi online dengan cepat menggerogoti pangsa pasar perusahaan taksi konvensional dan menjadi ancaman bagi keberlangsungan bisnis mereka. Penumpang menurun, kinerja perusahaan merosot, dan saham pun ikutan anjlok.  

Perusahaan taksi konvensional meradang. Mereka menyorot kehadiran transportasi online yang dinilai belum jelas legalitasnya dan tidak mengikuti regulasi yang berlaku. 

Transportasi online dinilai tidak membayar pajak sehingga bisa memasang tarif murah. Mereka menuntut kesamaan regulasi diberlakukan kepada transportasi online dengan dalih kompetisi harus berjalan sehat.

Reaksi ini berbuntut panjang. Para pengemudi taksi konvensional berdemo dan menuntut agar transportasi online tidak diizinkan beroperasi. Bahkan dalam melakukan aksi protesnya, para pengemudi taksi melakukan sweeping terhadap kendaraan-kendaraan yang diduga sebagai transportasi online dan melarang mereka mengangkut penumpang. Para pelanggan transportasi online sampai dibuat ketakutan.

Namun apa yang terjadi kemudian? Reaksi tersebut menjadi backfire atau senjata makan tuan bagi reputasi perusahaan. Konsumen sudah keburu jatuh cinta dengan transportasi online yang dinilai memberikan alternatif lebih menguntungkan. 

Konsumen diibaratkan dipaksa putus cinta dan harus menjalani hubungan backstreet agar tidak kena sweeping. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun