Mengorganisir penggunaan teknologi dan fasilitas modern sebanyak mungkin.
Pengembangan dan kegiatan dalam proyek dengan melibatkan penduduk lokal sebanyak mungkin dengan tujuan meningkatkan ekonomi masyarakat lokal.
Masyarakat lokal diimbau untuk menjaga adat dan kebiasaan sehari-hari tanpa mempengaruhi kedatangan wisatawan yang berkunjung.
Panduan dalam pelaksanaan atau pengelolaan suatu area yang akan digunakan sebagai ekowisata harus memperhatikan lima elemen yang dianggap paling penentu, yaitu edukasi (pendidikan), perlindungan atau pembelaan (advokasi), keterlibatan komunitas lokal (partisipasi masyarakat), pengawasan (monitoring), dan konservasi (pelestarian). Pengembangan ekowisata memiliki kriteria khusus. Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pengembangan pariwisata; yang penting di antaranya adalah cara pengelolaan, pemanfaatan, penyediaan infrastruktur dan fasilitas yang diperlukan.
2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat meningkat secara signifikan melalui pengembangan ecotourism. Ecotourism, atau pariwisata berkelanjutan yang fokus pada konservasi alam dan partisipasi masyarakat lokal, dapat menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan bagi daerah. Penting untuk mencatat bahwa pengembangan ecotourism yang berkelanjutan harus memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan konservasi alam. Dengan demikian, pengelolaan yang bijaksana terhadap jumlah pengunjung, pelestarian lingkungan, dan partisipasi masyarakat lokal menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan pendapatan daerah melalui ecotourism. Di negara maju, kegiatan berwisata telah menjadi suatu hal yang umum dan dianggap sebagai kebutuhan hidup bagi setiap individu. Fenomena ini menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dalam sektor pariwisata.
Peran sektor pariwisata dalam tingkat nasional semakin penting seiring dengan perkembangan dan kontribusi yang diberikan oleh sektor tersebut. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor pariwisata dalam menerima devisa, meningkatkan pendapatan daerah, mengembangkan wilayah, serta memberikan kontribusi dalam penyerapan investasi, tenaga kerja, dan pengembangan usaha yang tersebar di berbagai bagian wilayah Indonesia. Menurut Buku Saku Kementerian Pariwisata tahun 2016, kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2014 mencapai 9%, setara dengan Rp 946,09 triliun.
2.3 Pariwisata Lamongan
H. Masfuk dikenal sebagai Bupati yang handal dalam mengubah citra Kabupaten Lamongan. Berlatar belakang seorang pebisnis, H. Masfuk SH mampu membuat formula untuk memajukan Lamongan. Terbukti dalam era kepemimpinan Lamongan dikenal karena potensi yang mampu memikat investor untuk melirik Kabupaten yang tidak jauh dari pusat ibukota Jawa Timur, Surabaya. Berkat kepiawaian mengatur pemerintahan, roda perekonomian Kabupaten Lamongan mengalami peningkatan. Lamongan dianggap sebagai ”banglades” alias bangsane Lamongan deso, memiliki arti Lamongan diidentikan dengan keterbelakangan. Pandangan terhadap Kabupaten Lamongan yang dianggap daerah belum maju, seiring berjalannya waktu mulai meredup. Semenjak tahun 2003 kabupaten Lamongan membangun citra yang lebih terpandang, Lamongan terus berbenah dan menjadi sebuah wilayah yang pantas disegani karena memiliki julukan the big village di kawasan pantai utara. Kabupaten Lamongan mempunyai potensi daya tarik wisata yang sangat beragam mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata minat khusus, wisata buatan dan lain sebagainya. Berbagai macam wisata yang berada di wilayah Kabupaten Lamongan telah dikenal baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Perkembangan pariwisata daerah berfungsi sebagai leading sector atau mesin baru penggerak perekonomian wilayah. Sumber daya alam yang dapat dilihat dari posisi geografis kabupaten yang memiliki garis pantai sepanjang 47 km. potensi di wilayah pantai utara Kabupaten Lamongan yaitu Wisata Bahari Lamongan, Pantai Putri Klayar, Pantai Lorena, Pantai Kutang, Pantai Joko Mursodo. Potensi sejarah dan religi tidak dapat dilepaskan dalam perkembangan Kabupaten Lamongan yang hingga saat ini tetap dirawat dan dijaga seperti Sunan Drajat, Monumen Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Sunan Sendang Duwur, dan Candi Pataan. Potensi sosial budaya bisa dikatakan beragam seperti jaran jinggo, petik laut, tari Boran, tari mayang madu dan potensi kuliner yang dimiliki yaitu Tahu Campur, Soto Lamongan dan Nasi Boranan.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Pendekatan Penelitian