manfaat  data  kelautan,  perencanaan  tata  ruang  dan  pengawasan  maritim  untuk  memfasilitasi pertumbuhan  ekonomi  biru.Â
mempromosikan  pendekatan  kemitraan.Â
meningkatkan investasi
membuat  strategi  pertumbuhan  biru  sesuai  dengan  tantangan  masa  depan.
Studi  lain juga  mengusulkan  prinsip-prinsip pengembangan  industri  kelautan  dan  perikanan  berdasarkan  konsep  ekonomi  biru  untuk merumuskan kebijakan ekonomi  dan  perlindungan  lingkungan  yang komprehensif;  mendorong pembangunan   ekonomi   daerah;   mewujudkan   pembangunan   berkelanjutan   dengan mempromosikan sistem produksi bersih dan mendorong investasi kreatif dan inovatif.
Prinsip-prinsip pengembangan di atas juga diperlukan bagi Indonesia, mengingat negara dengan  lebih  dari  17.500  pulau,  108.000 kilometer garis  pantai,  dan  tiga perempat  wilayahnya berupa  laut,  lautan  merupakan  pusat  kemakmuran  Indonesia.  Lautan  Indonesia  memberikan sumber  keuntungan  ekonomi  yang tak  tertandingi  yang  diperkirakan  mendukung  lebih  dari USD 180 miliar kegiatan ekonomi setiap tahunnya. Berdasarkan data tahun 2015, sektor-sektor yang terkait laut terdiri dari perikanan, kelautan, dan pariwisata pesisir, transportasi berbasis laut, energi dan  mineral,  manufaktur  kelautan  (misalnya,  pembuatan  kapal,  produksi  garam), konstruksi kelautan dan dekat pantai, dan pengeluaran pemerintah terkait laut. Dari sektor-sektor tersebut terbukti bahwa lautan Indonesia memiliki lebih banyak hal untuk ditawarkan jika dikelola secara berkelanjutan. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki  potensi  sumber  daya  kelautan  dan  perikanan  yang  sangat  besar. Â
Menurut  data  Food and  Agriculture  Organization  (FAO),  Indonesia  menghasilkan  rumput  laut  terbanyak  kedua, akuakultur terbanyak keempat, dan perikanan tangkap laut terbesar kedua di dunia pada tahun 2012. Meskipun demikian, pertumbuhan output dalam perikanan tangkap telah melambat baru-baru  ini  dan  kemungkinan  akan  mencapai  puncaknya. Â
Hal  ini  dikarenakan  telah  tercapainya maximum  sustainable  yield (MSY)  output  yang  diwakili  oleh Total  Authorized  Catch (TAC) sebesar 6,5 juta ton per tahun. Fakta ini memberikan gambaran akan potensi perikanan Indonesia yang  bila  dikelola  dengan  baik  dan  bertanggungjawab  agar  kegiatannya  dapat  berkelanjutan, maka  dapat menjadi sebagai  salah  satu  sumber modal  utama  pembangunan  di  masa kini  dan masa yang akan datang. Jika potensi sumber daya ini dikelola secara berkelanjutan, maka akan memiliki implikasi ekonomi dan lingkungan yang positif. Namun, upaya tersebut juga dihadapkan pada banyak tantangan sosial-ekonomi.
Kesimpulan
Ekowisata bahari merupakan bagian integral dari konsep Blue Economy  yang bertujuan untuk mengelola sumber daya kelautan secara berkelanjutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan manusia. Blue Economy sendiri mencakup berbagai sektor, termasuk perikanan, pariwisata maritim, energi terbarukan, dan pengelolaan ekosistem laut. Ekowisata bahari merupakan salah satu pendorong utama Blue Economy, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dan meningkatkan kesadaran tentang pelestarian lingkungan.Â
Meskipun ekowisata bahari mempunyai dampak positif seperti pertumbuhan ekonomi lokal dan kesadaran lingkungan, namun juga dapat menimbulkan dampak negatif jika tidak dikelola dengan baik. Tantangan dan hambatan, seperti praktik pembuangan limbah yang buruk, kebutuhan untuk melatih para profesional kelautan, peraturan standar industri, dan masalah keselamatan, harus diatasi untuk mencapai peningkatan pertumbuhan yang berkelanjutan dan  optimal.Â