Selamat tinggal senja
Jinggamu tak lagi mesra
Pelukmu mulai berkabut duka
saat kuhirup aroma dusta
Di ketiak mimpimimpi sang Raja
Kita hanya bulir keringatnya
Lusuh terbakar panas dunia
Lantak jadi abu cerita bejat
Dalam dilema hingar-bingar negaraÂ
Kau sudah berubah, Tuan
Sedang aku masih seperti dulu
Bergelantungan di negeri entah
Yang tawarkan empedu semanis susu
Hidupku sungguh ambigu
Sedang kau asyik bermain dadu
Teruskan saja hegemonimu
atas nama cinta pancasila
berbusa dalil bhineka Tunggal Ika
Tetap saja, kami hanya melata
Darah kami telah habis, Tuan
Terhisap paru-paru para korutor
Yang sudah menjadi candu
Bangsa terkapar di kakimu
Untuk sesuatu yang penuh ragu
Suara kami sudah hilang, Tuan
Terhempas di belantara kota Jakarta
Hiruk-pikuk berebut lahan sepetak
Saling cakar, kadang menyelusup
Dalam diam kami terkantuk
Dengar permainan yang kian busuk
Mari bersulang, Tuan
Nikmati segelas kopi petang ini
Mencari makna kebohongan publik
Benalu memakan saling mencekik
Sebab warna serba abu-abu
Lalu kami tak lagi peduli padamu
Biarlah gelap selimuti malam
Tuk kita mengenang di ruang kubur
Meresapi segala kenangan usang
Hingga tersunggur dan terbujur
Lupakan derap ambisi yang kian kabur
18/04/2017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI