Negara lain seperti Kamboja, Laos, Vietnam, dan Singapura sama-sama memiliki kompetisi sepak bola putri yang diramaikan oleh delapan klub peserta.Â
Adapun Malaysia, Myanmar, dan Timor Leste menggelar kompetisi yang diikuti enam kontestan.
Di Indonesia, Liga Putri digelar pertama tahun 2019 sekaligus menjadi yang terakhir. Jika dilihat-lihat, mayoritas Ketua PSSI memang tidak memprioritaskan kompetisi putri.Â
Maka jangan heran jika Timnas Putri kita selalu jadi lumbung gol. Bisa jadi, bermain di Timnas menjadi satu-satunya cara untuk mendapatkan menit bermain.Â
Di sisi lain, kompetisi antarnegara seperti itu hanya untuk jangka pendek dan tidak efektif untuk menambah jam terbang.Â
Sekali lagi, ini adalah PR besar PSSI. Jangan sampai ada cap PSSI patriarki karena hanya berfokus pada pembinaan putra. Baik putra atau putri memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri di bidang olahraga, terutama sepak bola.Â
PSSI selaku induk sepak bola Indonesia harus bisa menyediakan wadah bagi para wanita untuk mengembangkan bakat. Jangan sampai bibit muda kita mati sebelum dipanen karena tidak adanya kompetisi reguler.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H