Bagi saya, setidaknya Indonesia bisa mengulang capaian tahun 2023 yang bisa mendapatkan dua gelar melalui Jonatan Christie dan Leo Rolly/Daniel Martin.Â
Lebih spesial lagi, pada saat itu terjadi All Indonesian Final di sektor tunggal putera. Jika di Indonesia Masters gagal, entah apa yang terjadi dengan badminton Indonesia.Â
Yang jelas itu adalah penurunan prestasi. Indonesia jalan di tempat sementara negara lain mulai berkembang. Di sisi lain, saya sendiri melihat ada gap yang jauh antara pemain yang sering mondar-mandir bermain di turnamen dengan pemain muda.Â
Sektor tunggal puteri misalnya, ada gap yang jauh antara Gregoria dengan Putri KW baik dari sisi ranking maupun permainan.Â
Tentu yang paling tragis adalah ganda putera. Seperti yang kita ketahui, ganda putera adalah sektor andalan Indonesia. Tapi, penurunan peforma terjadi pada sektor ini.
Pada dua turnamen awal tahun 2024, hanya Fajar Alfian/Rian Ardianto saja yang mampu melaju ke perempat final. Sebagai mantan nomor satu dunia, tentu hasil itu tidak memuaskan.Â
Masalah regenerasi mungkin jadi pekerjaan rumah besar bagi PBSI. Tentu setiap pemain ada masanya karena dalam dunia olahraga terbatas pada usia. Sayangnya belum ada pemain muda yang bisa menggantikan posisi senior mereka.Â
Jika terus berlanjut, maka jangan heran bamdindon Indonesia terus terpuruk. Hasil minor dari dua turnamen elit awal tahun ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi PBSI untuk mawas diri bahwa ada yang tidak beres dengan badminton Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H