Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Moncernya Karier Politik Kaesang dan Privillege Seorang Anak Presiden

27 September 2023   10:47 Diperbarui: 27 September 2023   10:51 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaesang Pangarep resmi menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). | Foto: kompas.com

Jauh sebelum iklan di TV, saya tahu PSI di facebook. Entah bagaimana laman PSI muncul di beranda saya. Mungkin karena saya getol mencari informasi seputar politik jadi laman PSI otomatis muncul. 

Tapi, saya tertarik dengan PSI karena berisi anak muda. PSI membawa hal baru yaitu politik anak muda. Seperti yang kita ketahui, anak muda sering dianggap tidak tahu apa-apa oleh mereka yang tua-tua. 

Jadi, menciptakan wadah sendiri untuk berpolitik adalah pilihan terbaik. Semangat itulah yang membuat saya tertarik. Apalagi, saat itu figur muda seperti Tsamara Amany juga ikut masuk. 

Selain itu, PSI juga getol menyuarakan idealismenya yaitu meritokrasi. Pandangan ini mengedapankan kapasitas dan kompetensi individu untuk menduduki posisi tertentu. 

Pandangan itulah yang membuat saya tertarik dan memilih PSI di pemilu 2019. Meski tidak masuk parlemen, saya tetap percaya jika idealisme itu akan terus ada. 

Namun, jika melihat kasus saat ini, saya justru mempertanyakan di mana idealisme itu? Bukannya saya meragukan kapasitas Kaesang, tapi bukankah untuk menduduki posisi ketua partai tidak mudah? 

Butuh waktu dan proses yang cukup lama. Katakanlah dimulai dari simpatisan, kader, sekjen, hingga ketua partai. Artinya proses itu harus dilalui untuk bisa pada posisi itu. 

Apalagi, Kaesang secara tegas mengakui bahwa ia memiliki privillege sebagai anak presiden sehingga bisa menjadi ketua partai. Artinya dengan mengacu pada kasus itu, di manakah meritokrasi itu? 

Justru dengan praktik tersebut mencerminkan buruknya demokrasi partai. Mengapa tidak memilih kader lain yang merangkak dari bawah? Apalagi proses tersebut jauh dari Muktamar atau Munas. 

Dengan instanya Kaesang menjadi ketua partai, maka bagi saya citra partai yang identik dengan demokrasi tercoreng. Entah apa yang dilakukan oleh PSI. 

Apakah ada kepentingan lain? Misalnya ingin mengamankan suara di Pemilu 2024? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun